terkini

Iklan Podcast

CERPEN - Cinta dalam Keheningan

Bung Arjun
Minggu, 3/09/2025 09:50:00 AM WIB Last Updated 2025-03-09T02:50:00Z

Karya : Arjuna H T Munthe

Ilustrasi CERPEN - Cinta dalam Keheningan. (depositphotos.com)

 

Di bawah langit biru yang membentang luas, di sebuah kota yang senantiasa sibuk, hidup seorang gadis muda bernama Aulia. Namanya yang berarti 'yang mulia' memang terasa begitu cocok dengan dirinya—seorang perempuan cantik yang tidak hanya menawan secara fisik, tetapi juga kaya akan kecerdasan dan kelembutan hati.

Aulia, dengan rambut hitam yang tergerai rapi dan matanya yang selalu tampak penuh harapan, adalah sosok yang tak pernah gagal menarik perhatian. Namun, di balik keanggunan yang tampak sempurna, ada keheningan yang tak terucap, sebuah ketenangan yang membuatnya berbeda dari gadis-gadis lain di sekitarnya.

Aulia adalah seorang mahasiswa di sebuah universitas terkemuka. Di kampus, dia dikenal sebagai gadis yang bijaksana dan penuh perhatian terhadap sesama. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa di balik kecemerlangan akademisnya, Aulia menyimpan kerinduan yang mendalam terhadap sebuah cinta yang tulus, cinta yang tidak sekadar tentang kisah manis dan puisi-puisi indah, tetapi tentang pengertian, kesetiaan, dan kedewasaan.

Suatu sore, saat matahari mulai tenggelam, Aulia duduk di sebuah taman kecil di dekat kampus. Angin sepoi-sepoi mengusap wajahnya, dan aroma bunga melati yang berkembang di sekitar taman itu membawa kedamaian. Aulia memandang langit dengan tatapan yang jauh, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu yang sangat dalam. Sebuah pertanyaan yang selalu hadir dalam benaknya: "Apakah cinta sejati itu benar ada?"

Tanya yang tidak mudah dijawab, terutama bagi seorang perempuan muda seperti dirinya yang telah banyak menyaksikan hubungan cinta yang tampaknya indah namun rapuh. Ia tahu, cinta yang tulus tidak lahir hanya dari perasaan semata, tetapi dari usaha yang sungguh-sungguh untuk saling memahami, menghargai, dan mendewasakan satu sama lain.

Saat Aulia sedang terlarut dalam pikirannya, sebuah suara menyapanya. "Aulia, lagi apa?" Suara itu datang dari arah belakang, dan ketika Aulia menoleh, dia melihat seorang lelaki yang cukup dikenal di kampus, Dimas.

Dimas, dengan postur tubuh yang tegap dan senyum hangat yang selalu terlukis di wajahnya, adalah seorang mahasiswa yang tidak hanya pandai dalam hal akademis, tetapi juga memiliki banyak teman. Keberadaannya selalu disukai, dan dia tampak seperti tipe pria yang diinginkan banyak perempuan. Namun, Aulia tidak merasa tertarik pada Dimas seperti kebanyakan gadis lainnya. Bagi Aulia, Dimas adalah teman yang bijak dan penuh wawasan, sosok yang selalu mengingatkan tentang pentingnya pemikiran dan prinsip dalam kehidupan.

"Ah, Dimas," jawab Aulia dengan senyuman lembut, "Hanya menikmati sore ini. Terkadang aku merasa, dalam kesibukan hidup ini, kita lupa untuk berhenti sejenak dan menghargai keindahan yang ada di sekitar kita."

Dimas duduk di samping Aulia, menatap langit yang mulai berubah warna. "Aku paham. Terkadang, kita terlalu fokus pada tujuan hidup sehingga kita lupa menikmati perjalanan itu sendiri."

Aulia terdiam sejenak, merenung. Kalimat Dimas memang sederhana, namun penuh makna. Dalam keheningan yang panjang itu, keduanya hanya duduk berdampingan, meresapi kedamaian yang ada di sekitarnya.

Setelah beberapa lama, Dimas memecah keheningan. "Aulia, jika aku boleh bertanya, apa yang sebenarnya kau cari dalam hidup ini?"

Aulia menoleh pada Dimas, matanya tampak penuh arti. "Aku mencari kedamaian, Dimas. Kedamaian yang datang dari hati yang ikhlas, kedamaian yang berasal dari cinta yang tulus, bukan yang penuh harapan semu. Cinta itu, menurutku, adalah komitmen untuk saling mendukung, tidak hanya dalam kebahagiaan, tetapi juga dalam kesedihan. Itu adalah sebuah perjalanan yang panjang, bukan sekadar tujuan."

Dimas mendengarkan dengan seksama, tampaknya terkesima oleh kedalaman pemikiran Aulia. "Aku paham," ujarnya pelan, "Cinta yang tulus memang bukan sesuatu yang bisa ditemukan dengan mudah. Tetapi, apakah menurutmu kita bisa menemukan cinta seperti itu di dunia yang begitu penuh dengan kegelisahan ini?"

Aulia tersenyum, dan jawaban yang ia berikan adalah sebuah petuah yang sederhana namun penuh kebijaksanaan. "Cinta yang sejati tidak akan pernah tergerus oleh kegelisahan dunia, Dimas. Cinta yang sejati akan tetap bertahan karena ia tidak didasarkan pada kepentingan pribadi, melainkan pada pengorbanan dan pengertian yang tulus. Cinta itu datang ketika dua hati saling menghargai, bahkan ketika dunia tampaknya tidak mendukung."

Dimas terdiam, seperti merenungkan setiap kata yang diucapkan Aulia. Beberapa saat kemudian, dia berbicara dengan nada lebih lembut. "Aulia, apakah menurutmu cinta seperti itu mungkin antara kita?"

Aulia menoleh, tatapannya lembut namun tegas. "Cinta bukan tentang mencari pasangan yang sempurna, Dimas. Cinta adalah tentang menerima dan tumbuh bersama. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi yang pasti adalah bahwa kita semua berhak untuk mencintai dan dicintai dengan cara yang benar."

Perkataan Aulia seolah membawa kedamaian tersendiri. Dimas, meski penuh rasa ingin tahu, akhirnya mengerti bahwa cinta bukanlah tentang kepemilikan atau pengharapan semata, tetapi lebih kepada pengertian dan rasa saling menghargai.

Malam pun tiba, dan keduanya berpisah dengan senyum yang lebih dalam, membawa perasaan yang lebih bijaksana tentang apa itu cinta. Aulia melangkah pulang dengan hati yang tenang, meskipun ia masih mencari jawaban atas pertanyaan dalam dirinya, tetapi ia yakin bahwa cinta sejati akan datang pada waktunya, ketika ia sudah siap untuk memberikannya sepenuh hati.

Aulia mengajarkan kepada Dimas—dan mungkin juga kepada diri kita semua—bahwa cinta sejati tidak datang dalam kecepatan yang cepat dan tidak selalu memenuhi harapan kita. Cinta sejati adalah perjalanan yang penuh dengan pemahaman, kesabaran, dan pengorbanan. Itulah cinta yang tidak hanya bertahan dalam kesenangan, tetapi juga dalam ujian dan tantangan hidup.

Di ujung malam, Aulia melangkah dengan keyakinan baru dalam hatinya: bahwa cinta yang tulus tidak hanya ditemukan, tetapi juga diciptakan, dengan tekad yang kuat dan hati yang penuh ketulusan.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • CERPEN - Cinta dalam Keheningan

Iklan