terkini

Iklan Podcast

Pilkada Kabupaten Samosir Memakan Korban Jiwa

Lidinews
Sabtu, 11/30/2024 11:33:00 AM WIB Last Updated 2024-12-07T20:44:35Z

Gambar : Andreas Sihombing. Pilkada Kabupaten Samosir Memakan Korban Jiwa. Lidinews.id

Sumatera Utara, Samosir, Lidinews.id - Pilkada adalah salah satu momen penting dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Tepat pada Rabu, 27 November 2024 tempo lalu telah terselenggara Pilkada serentak di Indonesia.

 

Masyarakat tinggal menunggu hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait pemimpin selanjutnya yang akan memimpin daerah  masing-masing selama lima tahun ke depan. Namun, walaupun pilkada serentak telah usai, masih banyak hal-hal yang menarik untuk dibahas perihal Pilkada serentak tempo lalu. Salah satunya adalah Pilkada di Kabupaten Samosir.


Bagaimana tidak, pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Samosir menyisakan duka yang mendalam bagi sebagian masyarakat disana. Pasalnya, mereka yang tadinya ingin memberikan hak suara mereka malah terkena musibah hingga merenggut sebagian nyawa dari rombongan mereka.

 

Kejadian ini bermula dari langkah kedua paslon Bupati-Wakil Bupati Samosir yang menyediakan transportasi bagi mahasiswa dan pekerja yang menghubungkan antara Medan – Samosir.

 

Transportasi tersebut berangkat pada Selasa, 26 November 2024 dari sore hingga ke malam dan bertitik kumpul di daerah MMTC Pancing dan sekitarnya. Nahas nya ketika perjalanan pulang, salah satu bus dari rombongan mereka jatuh ke jurang dan tertimpa tanah longsor di Sembahe, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

 

Akibat kejadian itu, 7 (tujuh) orang diantara mereka dinyatakan meninggal dunia, sebagian luka-luka dan masih terdapat beberapa orang yang belum ditemukan hingga tulisan ini diterbitkan.

 

Adapun korban-korban tersebut adalah sebagian besar mahasiswa dan pekerja yang merantau ke kota Medan. Meskipun tindakan penyediaan transportasi dari kedua paslon ini terlihat seperti bentuk perhatian kepada para mahasiswa dan pekerja, namun sangat disayangkan tindakan tersebut malah berujung tragis dan menyisakan duka yang begitu dalam bagi keluarga korban.

 

Dalam perspektif hukum, kasus ini menimbulkan sejumlah pertanyaan mengenai pertanggungjawaban paslon yang terlibat. Paslon yang menyediakan transportasi bagi mahasiswa, pada dasarnya, harus mempertanggungjawabkan keselamatan para penumpang yang mereka angkut. Dalam hal ini, paslon tidak bisa lepas tangan dari kejadian tersebut, meskipun mereka bukan penyedia layanan transportasi langsung.

 

Walaupun pada dasarnya kejadian tersebut berhubungan dengan bencana alam, tetapi jika ujugnya diketahui bahwa paslon memilih penyedia jasa bus yang tidak memenuhi standar keselamatan atau mengabaikan faktor risiko, maka paslon bisa dianggap turut bertanggung jawab atas kelalaian yang menyebabkan kecelakaan tersebut.


Gambar : Pilkada Kabupaten Samosir Memakan Korban Jiwa. Lidinews.id


Dalam hukum perdata, jika kecelakaan tersebut terjadi akibat kelalaian paslon dalam memilih penyedia transportasi yang aman, maka korban atau keluarga korban bisa menuntut ganti rugi.

 

Lebih jauh lagi, tindakan menyediakan bus untuk kepentingan pemilihan juga membuka ruang untuk pertanyaan etis mengenai niat di baliknya. Apakah paslon tersebut benar-benar ingin membantu mahasiswa untuk pulang ke kampung halaman, ataukah mereka lebih memfokuskan perhatian pada upaya memobilisasi suara?

 

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam banyak kasus, politik sering kali menggunakan berbagai cara untuk menarik dukungan, bahkan jika itu berarti mengeksploitasi situasi atau menggunakan fasilitas tertentu untuk kepentingan pemilu.

 

Apalagi selain menyediakan bus, ditemukan fakta yang mengatakan bahwa semua orang yang termasuk dalam rombongan telah diorganisir oleh masing-masing tim sukses paslon dan telah diiming-imingi sejumlah uang setelah mereka selesai mencoblos paslon yang diarahkan tim sukses asing-masing nantinya.

 

Dalam hal menyediakan bus untuk pemilih, meskipun dapat dipandang sebagai bentuk kepedulian, tetap saja bisa dipahami sebagai bagian dari strategi kampanye yang melibatkan upaya mempengaruhi pilihan pemilih dengan cara yang kurang transparan, apalagi dengan tambahan imimg-iming sejumlah uang kepada pemilih.

 

Namun, lebih dari sekadar tanggung jawab hukum dan etika, tragedi ini juga menyoroti sisi gelap dalam politik kita. Di balik euforia pilkada dan janji-janji kemenangan, sering kali terdapat praktik yang mengabaikan keselamatan dan kepentingan orang banyak. Kemenangan dalam pilkada, meskipun berharga, seharusnya tidak dibangun di atas duka dan penderitaan orang lain.

 

Paslon yang meraup suara dengan cara yang tidak sah atau merugikan banyak orang seperti dengan mempermainkan kehidupan manusia demi kemenangan, seharusnya mendapat sorotan tajam dari masyarakat dan aparat hukum. Siapa pun paslon yang menang nantinya, tidaklah pantas bagi mereka merayakan pesta kali ini. Kedua paslon Kabupaten Samosir haruslah bertanggungjawab atas tragedi ini.

 

Kita berharap, tragedi ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi calon-calon pemimpin di masa depan, bahwa politik yang beretika bukan hanya soal memenangkan suara, tetapi juga tentang menjaga harkat dan martabat serta keselamatan rakyat yang mempercayakan kepada mereka.

 

Sebuah kemenangan yang dibangun di atas duka dan penderitaan tidak akan pernah memberikan kebahagiaan bagi siapa pun terutama bagi mereka yang kehilangan nyawa dalam peristiwa yang seharusnya bisa dihindari.

 

Sebagai masyarakat, kita juga harus belajar dari tragedi ini, kita diajarkan agar tidak tergiur dengan iming-iming uang hingga pelayanan yang diberikan tanpa memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Mari kita perbaiki jalan demokrasi kita yang telah rusak.

 

Bagi keluarga korban yang meninggal dunia, semoga diberi ketabahan dan kesabaran, bagi korban yang mengalami luka-luka semoga cepat pulih kembali dan korban yang belum ditemukan, semoga segera ditemukan oleh tim yang turun ke lapangan.

 

Mari kita doakan agar tragedi ini tidak terulang dan semoga menjadi pembelajaran penuh bagi warga Samosir dan sekitarnya. Mari kita kawal kasus ini, dan sekali lagi penulis tekankan statement yang disampaikan pada opini sebelumnya, “Maju dan Sembuh lah Samosir-ku.”

HORAS… HORAS… HORAS…

 

 

 

Penulis : Andreas Sihombing - Mahasiswa  Asal Samosir

Editor : Arjuna H T Munthe

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Pilkada Kabupaten Samosir Memakan Korban Jiwa

Iklan