terkini

Iklan Podcast

Cerpen - Menyusuri Jalan Perubahan

Lidinews
Selasa, 10/22/2024 07:31:00 AM WIB Last Updated 2024-10-23T15:29:33Z

Karya : Arjuna Herianto Tri Mayldo Munthe

Gambar : Menyusuri Jalan Perubahan. Lidinews.id
 

Hari pertama di kampus. Angin sepoi-sepoi menyambut Maya, mahasiswi baru Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Karya Muda. Dengan semangat yang membara, dia melangkahkan kaki di antara kerumunan mahasiswa lainnya. Kampus itu terasa hidup, penuh suara tawa, pembicaraan, dan secercah harapan. Namun, di balik riuhnya suasana, Maya menyimpan ketidakpastian. Dia merasa sedikit terasing dalam dunia yang baru ini.

 

Di dalam kelas, dosen pertama yang ditemuinya adalah Dr. Rudi, seorang pengajar yang dikenal tegas dan penuh semangat. Dia langsung menarik perhatian Maya dengan pemaparan tentang isu-isu sosial yang relevan. “Kita akan membahas tentang ketidakadilan sosial, diskriminasi, dan hak asasi manusia,” ujarnya. Mata Maya berbinar mendengar kata-kata itu. Dia menyadari, selama ini, ia hanya mengetahui isu-isu tersebut dari berita dan media sosial, tanpa benar-benar memahami akar permasalahannya.

 

Setelah pertemuan pertama, Maya dan teman-temannya di kelas dibagi menjadi kelompok untuk melakukan penelitian tentang isu-isu sosial. Maya merasa beruntung karena berada di kelompok yang dipimpin oleh Rian, seorang mahasiswa tingkat dua yang sudah berpengalaman dalam organisasi sosial. Rian menjelaskan bahwa mereka akan fokus pada isu pengangguran di kalangan pemuda.

 

“Kenapa pengangguran ini penting untuk kita bahas?” tanya Rian, sambil melihat ke arah kelompoknya. “Karena angka pengangguran yang tinggi dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan, mulai dari ekonomi hingga ke kesehatan mental. Kita harus mengangkat suara mereka yang terpinggirkan.”

 

Maya merasa tertantang dan bersemangat untuk mendalami lebih dalam. Hari-hari berikutnya dihabiskan dengan riset di perpustakaan dan wawancara dengan para pemuda yang sedang mencari pekerjaan. Salah satu dari mereka, Adi, seorang pemuda berusia 22 tahun, menceritakan kesulitannya dalam mencari kerja. “Saya sudah melamar ke puluhan tempat, tapi selalu ditolak. Alasan yang saya terima, mereka lebih memilih yang sudah berpengalaman,” ungkap Adi dengan nada putus asa.

 

Maya merasa tergerak. Dia mulai menyadari bahwa di balik angka pengangguran yang tinggi, ada cerita-cerita manusia yang penuh harapan dan perjuangan. Dia mulai menggali lebih dalam dan melakukan riset lebih lanjut tentang kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan. Dalam diskusi kelompok, Maya berbagi pemikirannya. “Kita tidak hanya perlu data, tapi juga kisah nyata mereka. Ini bukan hanya angka, ini tentang kehidupan.”

 

Dalam perjalanan proyek mereka, Maya juga mengikuti seminar-seminar yang diadakan oleh organisasi kemahasiswaan di kampus. Di sana, ia bertemu dengan aktivis-aktivis muda yang memperjuangkan berbagai isu sosial. Maya terinspirasi oleh bagaimana mereka berani berbicara dan memperjuangkan hak-hak masyarakat. Salah satu pembicara yang paling berkesan adalah Fina, seorang aktivis perempuan yang memperjuangkan hak-hak buruh perempuan. “Jangan pernah ragu untuk bersuara. Setiap suara, sekecil apapun, adalah bagian dari perubahan,” kata Fina dengan penuh semangat.

 

Dengan berjalannya waktu, Maya mulai merasakan dampak dari pembelajaran yang ia dapatkan. Ia tidak hanya menjadi lebih sadar akan isu-isu sosial, tetapi juga merasa memiliki tanggung jawab untuk terlibat. Saat kelompok mereka selesai melakukan penelitian, mereka memutuskan untuk mengadakan acara diskusi terbuka di kampus untuk membagikan temuan mereka. Maya merasa ini adalah langkah kecil untuk mendorong kesadaran di kalangan mahasiswa lainnya.

 

Hari diskusi tiba. Maya berdiri di depan audiens yang berisi teman-teman sekelas dan mahasiswa lain, merasakan detak jantungnya berdegup kencang. Namun, saat dia mulai berbicara tentang temuan kelompoknya, rasa percaya diri itu muncul. “Kami menemukan bahwa pengangguran di kalangan pemuda bukan hanya disebabkan oleh kurangnya lapangan pekerjaan, tetapi juga karena kurangnya keterampilan yang dibutuhkan oleh industri,” jelasnya. Ia menceritakan kisah Adi dan pemuda-pemuda lainnya yang mereka temui.

 

Diskusi berlangsung interaktif. Banyak mahasiswa yang bertanya dan berbagi pengalaman mereka sendiri. Maya merasa bangga melihat teman-temannya mulai memahami dan berempati terhadap isu yang diangkat. Diskusi itu tidak hanya membuka mata, tetapi juga mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dan mencari solusi.

 

Setelah acara selesai, Maya merasa energik. Dia menyadari bahwa langkah kecil ini adalah bagian dari perubahan yang lebih besar. Dia mulai terlibat aktif dalam organisasi kemahasiswaan, mengikuti berbagai kegiatan sosial dan mengajak teman-temannya untuk melakukan hal yang sama. Mereka melakukan penggalangan dana untuk program pelatihan keterampilan bagi pemuda yang menganggur di sekitar kampus.

 

Suatu hari, saat sedang beristirahat di kafe kampus, Maya bertemu dengan Rian. “Kamu tahu, Maya, aku senang melihat perubahan di dirimu. Dari yang hanya belajar tentang isu sosial, sekarang kamu sudah menjadi bagian dari solusinya,” puji Rian.

 

Maya tersenyum, “Aku hanya mengikuti apa yang aku rasakan. Aku ingin melakukan sesuatu yang berarti.”

 

Rian mengangguk setuju, “Kita semua bisa jadi agen perubahan. Yang kita butuhkan hanyalah keberanian untuk mulai.”

 

Seiring waktu, Maya belajar bahwa isu sosial bukan hanya sekadar topik untuk dibahas di kelas. Ini adalah tentang bagaimana membuat dampak dalam kehidupan nyata. Dia merasa lebih terhubung dengan masyarakat di sekitarnya dan berkomitmen untuk terus memperjuangkan keadilan sosial.

 

Kampus itu bukan hanya tempat untuk belajar teori; itu adalah tempat di mana Maya menemukan panggilannya. Dia menyadari bahwa setiap tindakan kecil bisa menjadi bagian dari perubahan besar. Dengan semangat yang tidak pernah pudar, Maya siap menyusuri jalan panjang menuju perubahan sosial, dan dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Cerpen - Menyusuri Jalan Perubahan

Iklan