Gambar : Politik Adalah Seni Memelihara Kedudukan Dengan Mengubah Janji Menjadi Angin. Lidinews.id
Lidinews.id - Mungkin judul ini sangat provokatif dan mengandung kritik yang cukup menohok terhadap realita dunia perpolitikan saat ini.
Dengan sarkastis, dan mungkin judul ini juga sangat menyindir perilaku para politisi yang seringkali mengingkari janji-janji mereka hanya demi mempertahankan kekuasaan dan kedudukan yang mereka miliki.
Meski terdengar hiperbolis, sayangnya fakta tersebut memang kerap kali terjadi di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Dalam konteks negara kita, masih segar dalam ingatan bagaimana janji-janji muluk para calon pemimpin saat masa kampanye.
Mereka dengan percaya diri menggaungkan visi-misi yang menggiurkan, menawarkan berbagai program yang seolah mampu menyelesaikan segala permasalahan bangsa. Namun, kenyataannya tak semudah yang mereka janjikan.
Bahkan, tak jarang terjadi kontradiksi antara janji dengan tindakan nyata setelah mereka berkuasa.
Sebut saja misalnya janji untuk memberantas korupsi, memperkuat perekonomian nasional, memperbaiki layanan publik, dan sebagainya.
Meski telah menjadi bagian dari agenda prioritas, namun eksekusinya sering kali terhambat oleh berbagai kepentingan politik sempit. Akibatnya, janji-janji tersebut seolah hanya angin lalu yang tak memiliki wujud nyata.
Fenomena ini tentu saja sangat memprihatinkan dan mencederai kepercayaan masyarakat terhadap para wakil rakyat yang mereka pilih.
Bagaimana mungkin rakyat dapat mempercayai pemimpin yang hanya mengumbar janji manis tanpa ada bukti konkret?
Ini menunjukkan adanya krisis integritas yang cukup parah dalam kancah perpolitikan tanah air.
Terlepas dari itu, kita juga perlu introspeksi diri bahwa sikap apatis masyarakat turut menjadi pemicu kondisi tersebut. Seringkali, masyarakat terlalu mudah terbius oleh janji-janji politik tanpa mengkaji lebih dalam mengenai rekam jejak dan kapabilitas calon pemimpin.
Akibatnya, ketika janji-janji itu dilanggar, protes pun hanya bersifat sesaat dan tak berkelanjutan.
Di sisi lain, patut diakui pula bahwa mengemban amanat sebagai pemimpin bukanlah perkara mudah. Banyak tantangan dan dinamika yang harus dihadapi dalam menjalankan roda pemerintahan.
Tentu saja dibutuhkan kecerdasan, kearifan, serta integritas yang tinggi agar dapat mewujudkan janji-janji politik sesuai dengan harapan rakyat.
Meski begitu, hal tersebut tidak lantas dapat menjadi pembenaran bagi sikap ingkar janji yang dilakukan oleh para wakil rakyat.
Sebagai pribadi yang dipercaya untuk memimpin bangsa, sudah seharusnya mereka mampu menunjukkan komitmen dan konsistensi dalam merealisasikan program-program yang telah dijanjikan.
Oleh karena itu, ke depannya perlu ada upaya yang lebih serius untuk mengembalikan marwah politik sebagai wadah perjuangan memperjuangkan kepentingan rakyat.
Pertama, proses seleksi calon pemimpin harus lebih ketat dan transparan agar hanya mereka yang benar-benar memiliki integritas dan kapabilitas yang terpilih.
Kedua, perlu ada mekanisme pengawasan yang lebih efektif terhadap kinerja para wakil rakyat, baik dari lembaga resmi maupun partisipasi masyarakat. Hal ini untuk memastikan janji-janji politik dapat diwujudkan secara konsisten dan terukur.
Ketiga, sanksi yang tegas perlu diberlakukan bagi para pelanggar janji politik agar ada efek jera. Ini penting untuk mengembalikan kepercayaan publik bahwa janji bukan sekadar angin lalu.
Keempat, budaya literasi politik masyarakat perlu terus ditingkatkan. Masyarakat harus cerdas dalam memilih pemimpin dengan tidak terjebak pada janji-janji pragmatis semata. Kesadaran kritis dalam menyikapi setiap janji politik menjadi kunci agar tidak mudah terprovokasi.
Pada akhirnya, politik memang bukan sekedar pertarungan janji dan kepentingan semata. Lebih dari itu, politik adalah panggung perjuangan untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa.
Sudah selayaknya para insan politik mengemban amanat tersebut dengan sepenuh hati, bukan malah menjadikan janji-janji politik sebagai sekedar angin lalu yang tak memiliki wujud nyata.
Hanya dengan cara itulah, kita dapat mengembalikan marwah politik sebagai seni untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat, bukan seni untuk mempertahankan kedudukan dengan mengubah janji menjadi angin.
Editor : Arjuna H T Munthe
Politik Adalah Seni Memelihara Kedudukan Dengan Mengubah Janji Menjadi Angin