Gambar : Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Gambar : Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Usai registrasi peserta di pintu masuk Ballroom Hotel Sibayak, dimulai dengan registrasi peserta di pintu Ballroom Hotel Sibayak yang dihandle oleh Putri-putri karo.
Gambar : Bapak Barata Brahmana saat memberi sambutan pada acara Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Kemudian Bapak Barata Brahmana memberikan kata sambutan kepada seluruh peserta seminar yang hadir. “Kaum Karo, Kita hari ini tidak di jajah, kita merdekan tapi jangan lupa penjajahan itu banyak bentuknya. Bisa dijajah secara sosial Budaya. Secara ekonomi, dulu di tahun 50-an, aksara ini diajar di sekolah-sekolah. Terakhir diajar tahun 70. Orde baru mencap kita komunis, makanya budayanya harus di hilangkan, sedangkan kita orang Karo bukan komunis, kita nasionalis, kita soekarnois pada saat itu. Jadi satu upaya adalah hilangkan aksaranya, hilangkan budayanya.
Gambar : Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Gambar : Pertunjukan Seni oleh sanggar. Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Beberapa narasumber yang dihadirkan pada Seminar Aksara Karo
tersebut, yaitu ;
- Sarjani Tarigan (Budayawan Karo & Penulis)
- Jekmen
Sinulingga (Ka.Prodi Sastra Batak USU)
- Jonathan Tarigan (Ahli Cagar Budaya & Konsultasi Pariwisata)
- Roy Fachraby Ginting (Dosen Fakultas Ilmu Sosial Prodi
Antropologi)
- Dr. Bakhrul Khair Amal, M.Si (Dosen Universitas Negeri Medan, Fakultas Ilmu
Sosial Prodi Antropologi)
- Ipenk -
Feri Suranta Ginting (Penulis dan Penggiat kebudayaan Karo)
- Simpei Sinulingga (Penggiat Seni Tradisional Karo)
Gambar : Ahmad Arif Tarigan, Moderator pada acara Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Berlangsungnya acara seminar ini diawali oleh narasumber pertama,
yaitu Sarjani Tarigan. Sarjani Tarigan, yang merupakan Buyawan Karo
menyampaikan tentang kebudayaan karo secara umum dan adat nggeluh orang Karo.
Gambar : Sarjani Tarigan, Budayawan Karo & Penulis. Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
“Suku karo ini adalah suku yang besar Di Sumatera Utara dan
budayanya pun sudah cukup tinggi. Jadi orang karo ini sebenarnya, paling luas
wilayahnya di suatera utara. Ketika leluhur kita mendirikan kuta-kuta
(perkampungan) di Kabupaten Karo,mereka juga tidak terlepas dari kebutuhan
garam, akhirnya lahirah perlanja sira. Sehingga orang aro bolak balik diantara
pesisir dan pegunungan, karena keperluan sira (garam) dan ikan asin. Sehingga
orang karo ini pun mendirikan kampong lagi di Langkat dan Deli Serdang.
Termasuklah Guru Patimpus endirikan sepuluh dua kuta (duabelas kampong) di
Hamaran Perak yang sebaga pendiri Kota Medan,” kata Sarjani Tarigan, Budayawan
Karo tersebut.
Sarjani Tarigan juga menambahkan penjelasan mengenai secara umum
budaya Karo dan Identitas Suku Karo.
“Secara umum budaya karo itu intinya nehken kekelengen dan
kehamaten melalui berbagai adat nggeluh yang kaya nilai - nilai dan norma –
norma yang wajib diwarisi generasi ke generasi karena inilah panduan hidup dalam
peradatan suku karo yang kaya etika moral mulai kelahiran, perkawinan, kematian
dan lainya yang urgent seperti
kearifan lokal budaya Karo. Masyarakat Karo mendiami wilayah
begitu luas di Sumatera Utara. Identitas suku Karo, yaitu merga,
seni, adat, Bahasa, dan tanah panteken silima merga,” tambah Sarjani
Tarigan.
Gambar : Jekmen Sinulingga, Dosen Sastra Batak Universitas Sumatera Utara. Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Jekmen Sinulingga, Ka. Prodi Sastra Batak Univeritas Sumatera
Utara, memaparkan materi Kognisi dan Literasi Aksara Karo.
“Sebenarnya, dalam seminar ini, kalua kita sudah sering seminar,
masalah ini sudah cukup. Buku buku juga untuk masalah ini, sudah cuup. Hanya
kesatuan pendapat kita untuk usul dengan pemda. Pemda kalua tidak di ikut
sertakan, itulah ketertinggalan kita selama ini,” ucapnya.
Selain itu, Jekmen
Sinulingga juga mengajak peserta seminar untuk mennyannyikan lagu untuk
mengingatkan kembali kaum millennial, lagu indung surat Aksara Karo. Untuk
lebih mendalam,mengenai Aksara, Jekmen Sinulingga juga memperkenalkan link
website yang bisa di akses oleh peserta, yaitu Aksara-batak.com.
“Simbol budaya Karo
harus dimodifikasi, dibahas dalam Kongres Kebudayaan Karo yang menghasilkan
pedoman sebagai luaran. Saran saya, Pemda Karo harus meningkatkan Anggaran
perlindungan budaya sebagai aset Pariwisata Karo, GBKP tetap konsisten
menggunakan Bahasa Karo, Pelatihan Penggiat Budaya Karo lebih professional,”
sambung Jekmen Sinulingga.
Gambar : Jonathan Tarigan, Ahli Cagar Budaya dan Konsultasi Pariwisata. Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Jonathan Tarigan,
sebagai Ahli Cagar Budaya & Konsultasi
Pariwisata, menyampaikan kepariwisataan Karo dalam konteks kinikaron, Karo
Volcano Park dan Geo Park Kaldera Toba. Selain itu Ahli Cagar Budaya ini juga
memaparkan Ragam hias ornament karo dan makna – maknanya, serta Aksara Karo
dalam konteks Heroisme antara Sisingamangaraja XII dan panglima Perang Karo
Nabung Surbakti.
“Nabung Surbakti dengan Aksara Karo itu,
mengancam penguasa Belanda, asisten residen yang berkedudukan di Saribudolok.
Dia adalah pahlawan perang Karo,” ucapnya di akhir materi.
Gambar : Roy Fachraby Ginting, Dosen Ilmu Budaya dan Sosial Universitas Sumatera Utara. Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Kemudian, narasumber ke-4 dibawakan oleh Roy Fachraby Ginting
tentang mencegah kepunahan Aksara Karo, dengan penguatan jati diri Karo sebagai
suku bangsa yang bermartabat.
Gambar : Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Roy Fachraby Ginting memberikan buku sebagai apresiasi untuk
beberapa Tokoh, diantaranya, yaitu Datuk Adil Fredy Haberham, cucu ke-13
Keturunan Guru Patimpus sang pendiri Kota Medan, Eka dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan, John Modal Pencawandari Ikatan Cendikiawan Karo, dan Ir Emsyah
Perangin-angin.
“Bagaimana caranya Aksara Karo ini bisa dipelajari, punya nilai
lebih, punya nilai ekonomi? Supaya ada hasilya kita bicara di sini. Tidak bisa
hanya seorang Pak Barata sendiri yang mengerjakan ini. Okelah proklamasinya Pak
Barata, tapi eksekusinya Pemerintah dong. Karena disitu ada APBD, ada anggaran
yang sangat besar APBD Karo untuk pengembangan ini.
Harus terus kita sebarkan semangat ini, dengan memulainya menggali Aksara Karo yang sudah hilang. Dan itu sudah dilakukan oleh Pak Barata. Ajarkan sedak dini Aksara Karo ini, baik kepada seniman – seniman kita, baik kepada pengarrang-pengarang lagu kita.
Minimal di album, nama nama
jalan, nama gerja, nama masjid, walaupun ada Bahasa Arabnya, ada lagi Aksara
Karonya. Mari kita sosialisasikan ini supaya tidak aneh lagi Aksara sam kita.
Tanpa Aksara Karo, sejarah orang karo sampai kapanpun tidak akan kita ketahui,”
kata Roy Fachraby.
Gambar : Bakhrul Khair Amal, Dosen Universitas Negeri Medan. Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Dosen Universitas Negeri Medan, Fakultas Ilmu Sosial Prodi Antropologi, Dr. Bakhrul Khair Amal, M.Si mengisi acara seminar sebagai narasumber.
Gambar : Pertunjukan Seni oleh Jacky Raju Sembiring. Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Dr. Bakhrul Khair Amal, M.Si memaparkan Aksara Karo dalam perspektif sosiologi dapat dianalisis dari berbagai aspek, tantangan dalam pelestarian Aksara Karo, dan pengenalan tentang Aksara Batak Karo.
“yang menjadimenarik bagi saya, ada hantu dari perspektif adat, ada Hantu Vampire dari Eropa, ada Genderuwo dari Jawa, adaTuyul. Lalu di Karo ada Umang, juga dalam perspektif hantu. Jadi setiap etnis, itu punya khas. Lalu apa yang terjadi pada Aksara Karo.
Ada sebuah perkampungan yang memahas tentang cara pandang Mahatma Gandhi, berpikir lokal bertindak lokal, ini yang harus di dudukkan dengan cara pandang itu. Mengapa perlu belajar Aksara Karo? Pertama, memperkuat Identitas,” kata Dr. Bakhrul Khai Amal, M.Si.
Gambar : Pertunjukan Seni oleh Mas Agus Susilo (Guslo). Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Usai Sesi pertama, sembari Coffee Break
(istirahat singkat), Mas Agus Susilo, Sutradara Film Layar Lebar 'Dari Tongging Turun Ke Hati, Perik Sidua-dua' menampilkan pertunjukan yang luar biasa
mengenai Aksara Karo dihiasi dengan musik tradisional Kulcapi oleh Jacky Raju
Sembiring dan diiringi tarian Karo oleh Priska Prisilia Br Bangun dan Nadia
Anggi Br Tarigan.
Gambar : Ipenk - Feri Suranta Ginting, Penulis dan Pegian Kebudayaan Karo. Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Lalu disambung oleh Feri Suranta Ginting
salah satu penulis dan penggiat kebudayaan Karo mengisi seminar Aksara Karo
dengan materi generasi muda Karo dan pelestarian Aksara Karo. Feri Suranta
Ginting atau biasa dipanggil Ipenk ini merupakan salah satu tim yang
menyukseskan film Karo, yang berjudul ‘Beru Ribu Ertima, Jandi La Surong’.
“Pada umumnya, ketika kita berbicara soal
Aksara, kita akan langsung teringat pada bahasa. Sebenarnya dua entitas ini
antara Bahasa dan aksara adalah hal yang berbeda. Di Indonesia yang terdaftar
sebagai aksara, hanya ada 12 dan Aksara Karo salah satunya, tapi baru 7yang
terverifikasi, Aksara Karo Belum.
Salah satu warisan budaya yang tak ternilai harganya adalah aksara
Karo. Aksara ini memiliki nilai sejarah yang kuat dan merupakan bagian penting
dari identitas budaya suku Karo. Aksara Karo menjadi sangat penting sebagai
sebuah penanda bahwa Karo adalah sebuah suku bangsa yang memiliki sistem
kekerabatan, bahasa, tulisan, adat istiadat yang berdiri sendiri.
Menurut Koentjaraningrat suku bangsa adalah suatu golongan
manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas dalam kesatuan kebudayaan.
Kesadaran identitas ini juga biasanya dikuatkan oleh kesatuan bahasa dan
aksara.”
Gambar : Simpei Sinulingga, Penggiat Seni Tradisional Karo. Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Kemudian narasumber terakhir pada acara ini
diisi oleh Simpei Sinulingga, sebagai penggiat seni tradisional Karo memaparkan
Cara menulis Aksara Karo, serta untuk apa saja Aksara Karo dulu digunakan.
“Untuk apa saja dulu Aksara itu dipakai?
Siapa penulis Aksara? Itu yang membuat seakan – akan Aksara ini tidak berguna,
karena kita tidak ikut dulu menulis. Memang Aksara ini kalua aku pelajari,
termasuk yang mencerikakan sama kami, ini memang tidak pernah dibuat sebagai
alat komunikasi.
Misalnya surat menyurat dengan Aksara, itu
tidak pernah. Aksara ini dibuat untuk awalnya menegaskan system pengobatan atau
matra. Kenapa dibuat dalam aksara? Kalau obat atau mantra seandainya ditulis
dengan latin bisa salah, karena frasanya bisa salah. Salah pengucapan salah arti.
Jadi harus ditulis dalam penulisan aksara. Kalau mantra, itu jelas banyak kode,
itu yang paling sulit menerjemahkannya. Kadang ada kata yang kita tidak tau
artinya, kata Simpei menerangkan.
Gambar : Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Pada acara Seminar Aksara Karo tersebut,
ditutup oleh perwakilan peserta, promotor dan panitia acara. Iwa Brahmana,
menyampaikan kata penutup pada acara semiar tersebut yang mewakili seluruh
peserta.
“Mari kita jaga dan letarikan budaya Karo
mulai dari rumah. Kita mesti dukung kegiatan – kegiatan jati diri karo yang
diuat oleh kawan – kawan pegiat seni. Untuk teman – teman pegiat seni, mari
kita dukung nasumber kita, Feri SUranta Ginting dan Simpei Sinulingga. Mereka
adalah orang – orang pegiat karo yang memiliki sanggar dan karya –
karya yang mereka kerjakan. Kalau mereka kekurangan dukungan, tolong dibantu,
sebab itu bukan hanya untuk mereka, tapi untuk anak cucu kita dikemudian hari”.
Gambar : Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Benson Kaban, selaku promotor terselenggaranya Seminar Aksara Karo ini juga menyampaikan yang melatar belakangi acara dan tujuan dilaksanakan acara kebudayaan ini.
“Benson Kaban, “Di sini memang panggung bagi seniman. Bagaiman supaya kelompok seniman karo yang aktif membangun sanggar, bisa menjadi tenaga penggerak untuk Aksara Karo ke depan. Dalam hal ini, latar belakang tentang acara ini sebenarnya, permintaan pribadi oleh Bapak Barata Brahmana. Membuat satu acara seminar Karo, agar bisa menjadi langkah awal, bisa menjadi pemantik awal, agar ada keberlanjutan ke depan. Sebenarnya sudah sejak lama digagas, akan tetapi masih dalam tataran wacana saja. Jadi dalam hal ini, Permintaan Bapak Barata Brahmana. Kalau untuk tempat acara, coffee break, dan makan malam, Bapak Barata Brahmana yang menanggung. Inilah pertanggung jawaban saya sebagai penyelanggara di lapangan,” ucap Benson Kaban.
Gambar : Foto Bersama. Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Jere Ginting, salah satu penggiat seni, mengatakan “Kami panitia minta maaf bila ada kekurangan dalam acara ini, waktu yang dipersiapkan juga dalam acara ini tidak terlalu banyak. Terlebih kami minta maaf, bila ada kekurangan, itu jalannya untuk menjadi lebih baik,” katanyadalam sesi penutupan acara tersebut.
Gambar : Pertunjukan Seni oleh Sanggar. Seminar Aksara Karo Berlangsung Oleh 7 Narasumber. Lidinews.id |
Di akhir acara dilakukan penyerahan sertifikat kepada perwakilan narasumber, Jekmen Siulingga. Kemudian, sebelum peserta dan orang – orang yang terlibat pada acara tersebut bubar, panitia menyediakan makan malam bersama untuk membangun silaturhami antar peserta dan narasumber.
Seminar Aksara Karo Berlangsung Sukses Oleh 7 Narasumber