Gambar : Kenapa Semua Perempuan? Lidinews.id |
Lidinews.id - Kenapa semuanya perempuan bang? Tanya seorang kawan saat melihat anggota baru ekskul jurnalistik duduk berkumpul di bawah pohon.
Sebagai pembina, mendengar pertanyaan itu mula-mula saya hanya bisa tersenyum. Saya tidak langsung menjawab. Pertanyaan itu wajar, mengingat tidak ada satu pun laki-laki yang mengambil bagian dalam proses penerimaan anggota baru ekskul jurnalistik SMAN 1 HU'U tahun ini. Tidak ada yang mendaftar sampai akhir, walau pun mungkin ada yang berminat.
Sejak awal pembukaan pendaftaran satu bulan sebelumnya, memang ada satu orang laki yang mendaftar. Bahkan ia pernah mengikuti kegiatan pra diklat jurnalistik. Ia menjadi minoritas di antara kumpulan teman-temannya yang perempuan. Ketika saya bertanya ketika itu, ia dengan semangat menjawab ingin belajar menulis kalau kelak bergabung dengan ekskul jurnalistik.
Namun ketika diklat jurnalistik diadakan di ruang leb komputer, Senin 20 November 2023 ia ternyata tidak hadir. Saya mencoba mengkonfirmasi ke teman-temannya, namun sayang tidak ada yang bisa memberi jawaban. Ia yang diharapkan menjadi pemimpin di antara teman perempuannya, akhirnya tidak bisa dikonfirmasi kehadirannya.
Namun demikian saya tidak pernah mempersoalkan tentang gender di dalam ekskul ini. Semua telah diberi kesempatan untuk bisa bergabung, tanpa membeda-bedakan persolaan gender dan status sosialnya. Karena prinsip yang saya bangun dengan anggota ekskul angkatan pertama satu tahun terakhir adalah kita semua sama dan sama-sama sebagai seorang pembelajar.
Pertanyaan kawan itu tentu tidak mengagetkan saya. Karena berdasarkan pengalaman saya mengajar di beberapa sekolah sebelumnya, perempuan lebih berminat berorganisasi ketimbang laki-lakinya. Perempuan nampaknya lebih tertarik berurusan dengan kata dan kalimat lalu merangkai sebuah tulisan yang bermuara pada satu cerita yang utuh dibandingkan dengan kaum Adam.
Laki-laki menurut hemat saya jauh lebih senang pada organisasi yang menantang dan menguji adrenalin seperti Pramuka dan Pencinta Alam. Mereka umumnya suka petualangan. Menantang alam dan membersemai semesta, walau dua organisasi atau ekskul yang disebut tadi juga banyak diminati oleh kalangan perempuan. Bahkan tidak sedikit mereka memegang tanggung jawab yang besar seperti menjadi pengurus inti pada organisasinya.
Khusus di ekskul jurnalistik, kami sedang membangun kultur yang kemudian akan bisa menjadi ciri khas yang membedakannya dengan ekskul yang lain. Bukan asal berbeda, tetapi dilandasi dengan alasan-alasan yang logis yang dapat diterima oleh semua anggotanya. Maka karena dengan alasan itulah, sampai saat ini di ekskul jurnalistik tidak memiliki pengurus sebagaimana umumnya organisasi lain.
Bagi kami karya itu jauh lebih penting. Eksistensi organisasi sangat ditentukan sejauh mana anggotanya menelurkan karya berupa tulisan. Karya inilah yang menjadi idikator aktif dan tidaknya anggota di dalamnya. Baik tulisan yang dipublikasikan lewat media online maupun yang telah dicetak menjadi buku. Karena kami tidak ingin ekskul ini hanya ada tapi tidak benar-benar ada. Karena ada menurut kami adalah dengan mewujudkan semua yang menjadi program organisasi yang dapat terukur dengan jelas dan logis serta bisa dipertanggung jawabkan.
Dan itu sudah kami buktikan satu tahun terakhir sejak ekskul ini dibentuk bulan Oktober tahun kemarin. Menariknya semua yang berkontribusi lahirnya puluhan tulisan ini adalah perempuan. Karena anggota ekskul jurnalistik selain pembinannya, semuanya adalah perempuan. Hemat saya mereka lebih bertanggung jawab dan sangat komitmen dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama.
Maka ketika saya ditanya kenapa semuanya perempuan, saya sendiri tidak memiliki perbendaharaan jawaban yang tepat dan memuaskan. Karena kenyataannya dua angkatan yang memilih bergabung dengan ekskul jurnalistik semuanya perempuan. Dan saya senang karena biasanya perempuan lebih mudah diajak kompromi terkait ide dan kegiatan yang ingin dieksekusi. Ini bukan persoalan pintar dan bodoh. Ini hanya masalah pilihan dan realitas yang terjadi.
"Demikianlah kenyataannya bang" jawab saya singat.
Usai ngobrol dengan kawan itu, saya dan sejumlah anggota ekskul jurnalistik ini makan bersama dengan duduk memanjang di bawah pohong rindang. Ada makna yang tergali dari sini. Ada semangat yang akan segera dinyalakan mengingat akan banyak agenda yang akan kami sama-sama ekskusi. Ibarat tim sukses, kami akan segera memanaskan mesin organisasi untuk mewujudkan segala harapan yang berkelabat dalam ide dan gagasan.
Membumikan semua cita-cita yang menggelantung dalam langit pikiran. Mengejawantahkannya sesegera mungkin agar semesta tahu, bahwa kami memang serius menjalankan roda organisasi ini. Sebuah organisasi yang baru setahun dan sedang menatap tahun kedua dengan anggota baru yang penuh energik.
Kekompakkan adalah satu dari sekian amunisi yang akan terus memompa semangat kami. Sebab melangkah bersama akan jauh lebih menggetarkan semesta ketimbang memilih melangkah sendiri. Karena sebagaimana sebuah iklan di tv menyiarkan nggak ada loe nggak rame guys.
Penulis : Suradin,
Pembina Ekskul Jurnalistik SMAN 1 HU'U