Lidinews.id - Terlahir dengan wajah yang cantik atau tampan merupakan suatu keberuntungan tersendiri, bukan? Karena dengan demikian akan membuat kita semakin percaya diri dan kita merasa akan mendapatkan hal-hal baik selama hidup.
Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan Dewi Ayu. Dewi Ayu ialah seorang perempuan keturunan Jawa-Belanda yang hidup dalam novel Cantik Itu Luka.
Novel ini merupakan karya pertama Eka Kurniawan yang pertama kali diterbitkan tahun 2002 atas kerjasama Akademi Kebudayaan Yogyakarta dan Penerbit Jendela.
Edisi kedua dan seterusnya, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama sejak tahun 2004.
Meskipun masih karya pertama, namun novel ini berhasil dan sukses meraih penghargaan World Readers pada tahun 2016. Selain itu, Novel Cantik Itu Luka berhasil menjadi buku best-seller yang diterjemahkan ke lebih dari 34 bahasa, di antaranya bahasa Inggris, Jepang, Perancis, Denmark, Yunani, Korea, dan Tiongkok. Hal ini membuat nama Eka Kurniawan meroket hingga ke kancah internasional.
Novel Cantik Itu Luka memiliki genre romantis, sejarah, dan realisme magis. Sebab, dalam buku ini digambarkan kisah sejarah kolonialisme di Indonesia.
Eka menyajikan kisah seorang perempuan yang bernama Dewi Ayu. Dewi Ayu adalah seorang wanita yang sangat cantik, tapi kecantikannya tersebut bukan sebagai sesuatu yang menguntungkan, melainkan membawa malapetaka bagi dirinya beserta keturunannya.
Melalui kisah unik dan surealis, Eka Kurniawan menggambarkan keganasan yang dilakukan oleh para lelaki ketika melihat perempuan dengan wajah rupawan di kala itu.
Hingga perempuan seperti Dewi Ayu menjadi seorang pelacur bagi para tentara Belanda dan Jepang. Dewi Ayu adalah seorang pelacur ternama dengan bayaran yang sangat mahal dan yang paling dicari oleh para pelanggan.
Oleh karena itu, Dewi Ayu melahirkan 4 orang anak perempuan yang tidak diketahui pasti siapa ayahnya. Anak pertama hingga anak ketiga Dewi Ayu tak kalah cantik dengan ibunya. Namun, anaknya yang keempat nampaknya memiliki nasib yang bertolak belakang dengan nasib ibu dan ketiga kakaknya.
Anaknya yang keempat memiliki fisik yang buruk sejak ia baru lahir. Kulitnya hitam legam, hidungnya tidak tampak seperti hidung manusia, orang-orang yang melihatnya akan merasa ngeri.
Namun, bagai sebuah ironi, Dewi Ayu menamainya si Cantik. Tidak lama setelah melahirkan anak keempatnya, si Cantik, Dewi Ayu meninggal.
Namun, ia bangkit dari kematiannya dua puluh satu tahun setelah ia dikuburkan. Kebangkitannya menguak kutukan dan tragedi keluarga, yang terentang sejak akhir masa kolonial.
Eka menuliskan novel ini dengan alur yang maju mundur, dengan berbagai kompleksitas konflik yang berbeda, dan menyajikan beberapa tokoh yang memiliki peran besar. Jadi, tidak ada satu tokoh sentral dalam kisah Cantik Itu Luka.
Pada Novel Cantik Itu Luka, Eka Kurniawan mengangkat kisah di masa penjajahan hingga paska kemerdekaan Indonesia. Jadi, cerita dalam novel ini melalui empat masa, yaitu masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, dan masa setelah kemerdekaan.
Walaupun novel ini merupakan novel fiktif, Eka Kurniawan menyelipkan nilai-nilai sejarah yang nyata di balik kisah fiktif tersebut. Para pembaca dapat menjadikan novel ini sebagai salah satu media untuk belajar sejarah, yang berbentuk karya sastra.
Novel Cantik Itu Luka disusun secara rapi dan telaten. Meskipun Eka menggunakan alur maju dan mundur, para pembaca tidak akan kebingungan ketika membacanya, karena transisi pergantian antara adegan sangat rapi dan halus.
Cerita dalam novel ini sangat kompleks, namun dengan perpaduan antara kisah sejarah keluarga, kisah sejarah kolonialisme di Indonesia, komunisme, perjuangan kemerdekaan, horror, dan juga kisah cinta, Eka Kurniawan berhasil menuliskannya dengan begitu indah.
Eka Kurniawan menciptakan karakter-karakter tokoh yang menarik, unik, dan kuat. Setiap tokoh dalam cerita ini memiliki peran yang sama penting, jadi tidak hanya berfokus pada satu tokoh sentral saja.
Banyak hal yang dapat dipelajari dari novel ini. Eka Kurniawan nampaknya menuliskan produk fantasi yang bukan semata-mata karya fiksi saja, melainkan mengandung pembelajaran sejarah Indonesia yang nyata.
Novel ini juga mengandung beberapa nilai tradisional yang ada di Indonesia, terutama yang berhubungan dengan dunia mistis seperti dukun, santet, hantu, dan lain sebagainya.
Novel Cantik Itu Luka ditulis secara blak-blakan, dengan kata-kata vulgar, dan mungkin dianggap eksplisit bagi sebagian orang.
Oleh sebab itu, novel ini mungkin tidak cocok dibaca oleh mereka yang sensitif terhadap kata-kata vulgar, karena bisa menimbulkan misinterpretasi akibat tidak memahami keseluruhan maksud cerita yang ditulis.
Novel ini juga kurang cocok dibaca oleh anak remaja sampai kebawah , karena mengandung cerita yang gamblang mengenai seks, pembunuhan, dan penyiksaan.
Novel ini menggunakan bahasa yang cukup sulit dimengerti, dengan adanya istilah-istilah sastra dan istilah sejarah, menjadikan novel ini menjadi bacaan yang cukup berat dan mungkin dapat membuat bosan para pembacanya yang kurang bisa mengerti akan istilah-istilah tersebut.
Novel Cantik Itu Luka benar-benar merupakan refleksi sosial praktik pelacuran pada masa penjajahan Jepang. Novel Cantik Itu Luka merupakan novel yang membahas persoalan kehidupan masyarakat pada masa penjajahan.
Pesan moral yang bisa dipetik dari novel satu ini adalah kecantikan bukan menjadi hal yang utama atau segalanya, karena dapat membawa atau menjadi penyebab malapetaka atau luka bagi seseorang apabila tidak menjaga dan memanfaatkannya dengan baik.
Jangan menilai seseorang dari seburuk apa pekerjaannya atau seberapa rendah derajatnya di antara manusia yang lain.
Seperti Dewi Ayu yang dianggap hina dan sangat berdosa karena merupakan seorang pelacur, namun Dewi Ayu merupakan seorang ibu yang baik, yang menanamkan nilai-nilai agama dan pengajaran tentang hidup kepada anak-anaknya.
Editor : Arjuna H T M
Review by Susi Sipayung
Apakah Cantik Itu Kebahagiaan? Berikut Review Buku-Cantik itu Luka