Gambar : Catatan Perjalanan Penjaga Situs Langgudu. Lidinews.id |
Lidinews.id - Memelihara situs tidak hanya merawat peninggalan masa lalu, tetapi merupakan upaya merawat identitas. Maka benarlah dikatakan dalam buku sejarah, jika ingin menghancurkan sebuah bangsa, maka hapuslah sejarah dan jejak historisnya.
Peninggalan masa lalu tidak hanya dilihat berupa batu, kuburan, museum, tugu dan onggokan materi yang disambangi sebagai tempat wisata serta sekedar untuk mengenang masa lalu.
Tapi dalam jejak itu, ada kehidupan manusia yang pernah membuat peradaban yang bisa menjadi pedoman bagi kehidupan manusia hari ini dan yang hidup di masa yang akan datang. Sebab, masa lalu adalah perpustakaan hidup yang bisa menjadi kompas dalam mengarahkan langkah-langkah kaki manusia untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Gambar : Catatan Perjalanan Penjaga Situs Langgudu. Lidinews.id |
Merawat peninggalan masa lalu merupakan pekerjaan yang mulia ditengah kesadaran masyarakat kekinian yang abai terhadap warisan leluhur. Itulah yang mungkin menjadi alasan yang mendorong seorang pemuda yang bernama Suradin untuk selalu memantau bahkan selalu menjaga situs Langgudu yang berada di Desa Hu'u, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Selain sebagai penjaga situs yang ditugaskan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu, ia juga memang memiliki jejak dalam mencintai peninggalan - peninggalan masa lalu berupa situs. Ini ditunjukkannya dengan melihat langsung situs Roa Rumu di Desa Daha. Tidak berhenti sampai di situ, dirinya pun membuat tulisan perjalanan di tempat - tempat yang ia datangi.
Gambar : Catatan Perjalanan Penjaga Situs Langgudu. Lidinews.id |
Kunjungannya ke situs Langgudu, Selasa, 14 Maret 2023 merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai penjaga situs. Bahkan sekaligus memastikan kondisi terkini situs yang tidak jauh dari jalan lintas Lakey ini. Di situs Langgudu, ada beberapa peninggalan, mulai dari kursi batu, batus tempat air mancur, kuburan tua dan bahkan telapak kaki kepala suku atau dalam bahasa setempat kopa Ncuhi.
Peninggalan - peninggalan ini berada di pinggir gunung, namun sebagiannya berada di areal persawahan warga. Hampir semua peninggalan ini sudah dipenuhi semak belukar saat dikunjungi. Namun masih terlihat seperti sebelum-sebelumnya. Peninggalan di situs ini masih berada di posisinya masing-masing, tanpa ada perubahan. Ini menunjukkan warga pemilik lahan di sekitar situs ikut menjaga dan memelihara warisan leluhurnya ini.
Memang sangat dikhawatirkan situs ini di rusak apa lagi dihancurkan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Tapi mirisnya masih ada warga kecamatan Hu'u yang belum mengetahui keberadaan situs Langgudu. Sementara keberadaanya tidak sulit untuk dijangkau. Jika menggunakan motor, bisa melewati jalan setapak di samping SMK BN, lalu mengarah ke timur dan sampai ke lahan jagung warga. Setelah itu dilanjutkan dengan jalan kaki beberapa meter untuk bisa sampai di areal situs.
Atau yang paling mudah dengan menggunakan jalur ke Dam Sembana. Sesampainya di Dam Sembana lalu menyeberang sungai dan masuk ke areal persawahan untuk sampai di areal situs. Jika masih bingung bisa bertanya kepada para petani di sekitar lokasi situs. Maka segera Anda akan mendapat petunjuk.
Dan yang paling mudah bisa menghubungi bang Raden't, sapaan akrab Suradin selaku penjaga situs. Anda akan dihantarkan hingga sampai ke lokasi. Tak perlu ragu apa lagi bimbang, jika memiliki semangat yang sama untuk menjaga situs dan peninggalan sejarah, maka dengan senang hati Anda akan ditunjukkan lokasi situs.
Pada kunjungan kali ini, bang Raden't datang bersama satu orang temannya. Walau hari sudah sore, tapi semangat melihat situs Langgudu tak pernah buyar. Beberapa peninggalan sempat di dokumentasi sebagai bukti kunjungan. Karena pematang sawah yang di penuhi rumput di atas mata kaki, kami berjalan cukup hati-hati. Khawatir ada ular dan hewan berbisa lainnya, kami pun harus mencari jalan setapak yang memungkinkan untuk sampai di lokasi.
Di lokasi situs, kami tidak berjumpa dengan warga pemilik lahan. Tampak sawah yang kami lewati baru ditanam padi yang usianya diperkirakan baru dua pekan. Sementara pagar yang dekat dengan gunung sudah dipenuhi pohon rambat yang menjulang. Kami tidak melihat semua peninggalan di situs Langgudu, bahkan peninggalan kursi raja pun hanya dilihat dari luar pagar saja. Kami tidak berani melihat dari dekat karena sudah dipenuhi semak belukar yang sebagian menutupi bebatuan yang berbentuk kursi ini.
Gambar : Catatan Perjalanan Penjaga Situs Langgudu. Lidinews.id |
Sekitar dua puluh menit berada di areal situs Langgudu, kami pun memutuskan untuk pulang setelah puas menyaksikan beberapa peninggalan leluhur di selatan Bumi Nggahi Rawi Pahu ini. Ada kesan yang tak bisa terbahasakan saat mengujungi situs seperti ini. Karena ini bukan hanya onggokan batu yang dipahat lalu terlihat dengan mata takjub, tapi lebih dari itu. Ini persoalan rasa yang menyelami setiap denyut zaman yang memberi arti pada mereka yang bisa memetik pelajaran pada setiap peristiwa.
Jejak leluhur yang mewarisi peradaban dengan ungkapan "maja labo dahu" dalam setiap tarikan nafas yang termanifestasikan dalam ucap dan laku. Bahwa pentingnya memiliki rasa malu ketika melakukan penyimpang dari ajaran tuhan dan adat, lalu takut untuk berbuat salah dan tidak meninggikan nilai kebenaran.
Ini tidak saja kisah traveling penjaga situs untuk merawat peradaban lewat situs, sebagai jejak peradaban. Tetapi merawat harapan untuk tetap bisa menghargai warisan leluhur demi generasi, bangsa dan negara.
Penulis : Suradin
Penjaga Situs Langgudu