Penulis : Erlina Anriani Siahaan
Gandeng Guru-Guru Menjadi Pelaku Merdeka Belajar Melalui Pembekalan Narasumber Berbagi Praktik Baik.
Penjejakan transformasi pendidikan lewat pembekalan narasumber berbagi praktik baik adalah pembekalan yang diberikan Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Sumatra Utara kepada 125 guru terseleksi yang semula berjumlah 600 orang yang telah mengirimkan video praktik baiknya untuk dikurasi oleh BBGP.
Praktik baik berupa video tersebut diunggah melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Acara Pembekalan Narasumber Berbagi Praktik Baik (NS BPB) ini berlangsung dari 14 sampai dengan 16 November 2022 yang berlangsung di Prime Plaza Hotel Kualanamu, Deliserdang, Sumatra Utara.
Acara ini dibuka dan ditutup langsung oleh Ketua Balai Besar Guru Penggerak Sumatra Utara, Dr. Joko Ahmad Julifan, M.Si; Menjadi penanggung jawab acara yang juga Kapokja Pembelajaran, Mefrida Harahap, M.Pd memaparkan untaian acara yang sekaligus dilaksanakan dengan Workshop Optimalisasi Penggunaan Media Sosial.
Ketua Balai Besar Guru Penggerak Sumatra Utara, Dr. Joko Ahmad Julifan, M.Si mengatakan Narasumber Berbagi Praktik Baik (NS BPB) merupakan bagian dari strategi percepatan Implementasi Kurikulum Merdeka Kemdikbudristek. Setidaknya ada 125 NS BPB akan bertugas untuk berbagi praktik baik di satuan pendidikan maupun di komunitas belajar baik luring maupun daring.
Penggandengan guru-guru lewat pemberdayaan menjadi narasumber berbagi praktik baik ini diharapkan mempercepat pengimbasan Implementasi Kurikulum Merdeka, khususnya di wilayah Sumatra Utara.
Pembekalan ini diisi dengan materi yang padat yang pada setiap akhir sesi para peserta sebagai Narasumber Berbagi Praktik Baik mengerjakan Lembar Kerja (LK) yang berkaitan dengan berbagai materi yang dimulai dari Pengantar Rencana Kerja Pengembangan Diri hingga menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang selain akan diapload ke dalam Platform Merdeka Mengajar, juga harus berkelanjutan dalam pengimbasan sebagai transformator perubahan iklim pendidikan yang benar-benar berpihak kepada murid.
Realita Potret pendidikan Indonesia
Kita tidak bisa lari dari realita bahwa bicara pendidikan adalah bicara masa depan dan kenyataannya hal tersebut tidak pernah sederhana. Salah satu polemik terbesar dunia pendidikan adalah dampak loss learning yang mengharuskan sistem pendidikan beradaptasi secara cepat menanggulangi kesenjangan mutu pendidikan.
Hal ini sesuai yang termuat dalam ditsmp.kemdikbud.go.id; setidaknya terdapat 3 potensi dampak sosial negatif pandemi Covid-19 bagi peserta didik yang harus diwaspai, antara lain putus sekolah, penurunan capaian belajar, hingga pada kekerasan pada anak dan risiko eksternal.
Bayangkan saja, seperti yang diungkapkan oleh Najeela Shihab seorang penggerak dan praktisi pendidikan—dalam whiteboardjournal.com yang ditulis oleh Hana A. Devarianti—setidaknya terdapat 83 juta anak, 56 juta anak di sekolah, 4 juta guru, hampir 400 ribu sekolah yang harus tetap berkecimpung di dalam sistem pendidikan yang mulai tersendat dan tidak lagi mampu mengakomodir kebutuhan belajar mengajar.
Merdeka belajar sebagai terobosan Kemendikbudristek adalah suatu pendekatan yang dilakukan agar siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati demi optimalisasi bakat dan memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya (kemenkopmk.go.id).
Kurikulum ini diharapkan mampu menumbuhkan sebuah ekosistem pendidikan yang pelan tetapi pasti tidak hanya sekadar menumpas dampak loss learning pasca pandemi Covid-19 yang melahirkan kesenjangan dunia pendidikan yang memprihatinkan. Kurikulum ini hadir sesuai dengan prinsip-prinsip pengajaran Ki Hadjar Dewantara yang menjadikan kodrat dan kebahagian anak sebagai tolak ukur utama.
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi peserta didik. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. (ditpsd.kemdikbud.go.id)
Tidak tanggung, Merdeka belajar hadir dengan sebuah platform yang dikenal dengan Platform Merdeka Mengajar (PMM).
Platform ini tersedia di Google Play Store dan dapat diinstal/diunduh pada perangkat Android minimal versi 5 (Lolipop) ke atas. PMM adalah platform teknologi yang disediakan untuk menjadi teman penggerak bagi guru dan kepala skeolah dalam mengajar, belajar, dan berkarya. (https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id)
Platform ini dibangun untuk menunjang penerapan Kurikulum Merdeka adar para guru dan kepala sekolah terbantu mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.
Setidaknya terdapat menu di dalam PMM, yaitu: Belajar Kurikulum Merdeka (mengupas tentang kurikulum merdeka), Kegiatan Belajar Mengajar (Asesmen murid dan perangkat ajar), Pengembangan Diri (pelatihan mandiri dan komunitas), serta Mencari dan Berbagi Informasi (video inspirasi dan bukti karya saya).
Peran Narasumber Berbagi Praktik Baik (NS BPB)
Peran Narasumber Berbagi Praktik Baik (NS BPB) tentu menjadi agen penggerak di satuan pendidikan dan komunitas. Narasumber Berbagi Praktik Baik diharapkan tidak sekadar menjadi pemimpin pembelajaran, tetapi menjadi penggerak yang akan mengimbaskan konsep Kurikulum Merdeka di instansi dan komunitas-komunitas di daerah.
Hal ini diharapkan miskonsepsi-miskonsepsi yang masih mewabah di kalangan guru dan murid seputar apa dan bagaimana sebenarnya Merdeka Belajar pelan tetapi pasti dapat dihilangkan. Seperti diungkap Kepala Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Sumatra Utara, BBGP siap menghubungi dinas-dinas pendidikan untuk mendukung dan membangun sinergisitas dengan para Narasumber Berbagi Praktik Baik (NS BPB) di 33 kabupaten kota di Sumatra Utara.
Penulis
Erlina Anriani Siahaan, Tenaga pengajar di SMP Negeri 4 Kota Pematang Siantar, Duta Literasi Kota Pematang Siantar, Calon Guru Penggerak Angkatan 4 kota Pematang Siantar, Ketua Komunitas Guru Belajar Nusantara (KGBN) Kota Pematang Siantar, dan Pendiri Komunitas Beta Manurat. Telah menulis 4 novel dan 34 antologi. Belakangan menggeluti editorial dan kepenulisan dengan serius sebagai jalan karier proteannya.