Penulis : Julpadli
17 Agustus Tahun 1945 bangsa Indonesia resmi mendeklarasikan kemerdekaanya dengan dibacakannya teks Proklamasi oleh Bung karno dan Bung Hatta.
Lidinews.id - Tentunya untuk mencapai kemerdekaan, bangsa Indonesia membutuhkan proses yang sangat panjang untuk membebaskan diri dari penjajahan berabad-abad lamanya, yang dilakukan oleh Belanda, Jepang, Portugis dan bangsa lainnya dikarenakan sumber daya alam Indonesia.
Kemerdekaan sangat berarti bagi Indonesia dan menjadi kado terindah bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan banyaknya rintangan yang dihadapi dalam memperjuangkan kemerdekaan, terbebasnya dari penindasan dan penghisapan dari sistem kolonialisme dan imperialisme yang dialami rakyat Indonesia.
17 Agustus merupakan simbol sebagai hari lahirnya dan merdekanya bangsa Indonesia serta sangat salah satu hari yang dinantikan oleh masyarakat Indonesia karena pada tanggal itulah hari kemerdekaan bangsa Indonesia di Proklamirkan.
Hari ini, tepat pada tanggal 17 Agustus 2022, bangsa Indonesia sedang menyambut dan merayakan hari kemerdekaan yang ke-77 Tahun. Usia yang masih muda bagi berdirinya suatu Negara, sangat banyak dinamika yang dialami Ibu Pertiwi.
Namun, terbesit pertanyaan dalam hati penulis, di usia Indonesia ke-77 Tahun, Apakah benar-benar telah merdeka Indonesia ?
Apabila merujuk menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna dari kemerdekaan itu keadaan (hal) berdiri sendiri, bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya, kebebasan. Merdeka berarti bebas. Namun apakah Indonesia sudah bebas saat ini? tentu secara sempit menjawab sudah bebas. Namun bebas seperti apa yang dimaksud, Apakah bebas dari sistem penjajahan Imperialisme, Kolonialisme, dan Kapitalisme ?
Ya, itulah makna bebas atau merdeka yang dilihat secara sempit. Jika dilihat secara luas bangsa Indonesia masih jauh dari kata merdeka, mengapa demikian tentu kita akan melihat bagaimana keadaan rakyat Indonesia, betapa banyaknya orang yang hidup dibawah garis kemiskinan di Indonesia.
Menurut data statistik per maret 2022 angka kemiskinan di Indonesia masih di angka 9,54%. Angka yang sangat besar dilihat dari jumlah penduduk Indonesia, miris sekali !
Belum lagi jika dilihat fakta di lapangan, betapa banyak orang yang mengemis dijalanan untuk memenuhi kebutuhan hidupbya, karena tidak mempunyai pekerjaan dan tempat tinggal. Padahal mereka mendapat perlindungan oleh Negara, yang di atur dalam Pasal 34 UUD 1945 "Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Namun dalam implementasinya belum ada tindakan konkret yang dilakukan oleh pemerintah pusat hingga daerah.
United Nation Departement of Economic and Socisl Affaairis ada sekitar 3 (tiga) juta tunawisma di Indonesia dengan 28.000 berada dijakarta. Sebanyak 77.500 gepeng (gelandangan dan pengemis) tersebar di banyak kota besar di seluruh Indonesia. Hal ini menjadi angka terbesar ke-5 (lima) di dunia setelah Amerika Serikat. Tentu kalau melihat dari data tersebut masih jauh dari kata merdeka yang kita maksudkan bebas dari segala hal.
Apakah arti kemerdekaan bagi "si miskin" ?
"Kemerdekaan tidak dirasakan dan tidak terdengar suaranya di gubuk si miskin".
Kalau secara teori bolehlah kita katakan bangsa Indonesia sudah merdeka. Namun, jika telususri lebih dalam makna "Merdeka" apakah nasib masyarakat yang saat ini masih susah dan miskin bisa dikatakan merdeka ?, tentu tidak, Fakta itulah kenyataan pahit yang harus kita rasakan
Adakah kemerdekaan yang pahit, jika sistem kapitalisme dan liberalisme masih mengakar dengan kokoh di Negeri ini. Mungkin kelompok inilah yang merasakan kemerdekaan sambil mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia.
Presiden pertama Republik Indonesia Bung karno pernah berkata "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".
Dari perkataan diatas apa makna yang bisa tangkap dari perkataan Bung karno ini, tentu Bung karno sudah paham bahwa bagaimanapun susahnya melawan penjajah akan lebih sulit melawan bangsa sendiri. Kemudian apa hubungannya dengan pertanyaan diatas ?
Mungkinkah adanya hubungan terlarang (mesum) antara kelompok elit negeri ini dengan kapitalis, sehingga kesejahteraan rakyat Indoensia masih di hantui dengan kemiskinan dan kemelaratan hidup. Jika demikian, sangat sulit bagi kita untuk melawan bangsa sendiri.
Jika berbicara kapitalisme bangsa sendiri Bung karno juga sudah pernah menyebutkan dalam bukunya Dibawah Bendera Revelusi jilid I “Kapitalisme adalah stelsel pergaulan hidup yang timbul daripada cara produksi yang memiskinkan kaum-kaum buruh dari alat-alat produksi.
Dari sini kita bisa maknai bahwa Kapitalisme itu memisikinkan masyarakat dalam hal ini rakyat Indonesia, maka siapakah kapitalisme yang dimaksud Bung karno yaitu orang-orang yang memegang modal secara ekonomi yang besar sehingga mereka bisa mengeksploitasi mengatur sistem perekonomian masyarakat bawah. Sehingga untuk mencapai kemerdekaan yang di idam-idamkan masyarakat miskin seperti mimpi disiang bolong.
Melihat dari persoalan ini tentu peran kita semua sebagai anak-anak kandung Ibu Pertiwi yang harus aktif bersuara menolak segala bentuk penindasan dan penghisapan terhadap rakyat Indonesia, disamping itu pemegang kebijakan, seperti peran Eksekutif (Presiden), legislatif, dan peran Pemuda Revolusioner Progresif sangat dibutuhkan untuk melawan pergerakan kapitalisme global, khusunya kapitalisme bangsa sendiri, agar "si miskin" dapat hidup sejahtera menikmati kemerdekaan sejati.