SMP Negeri 4 Kota Pematang Siantar pada Kamis, 21 Juli 2022, tepat pukul 13.00 WIB, meluncurkan ekstrakurikuler literasi baca-tulis.
Sumatera Utara, Pematang Siantar, Lidinews.id - Ekstrakurikuler ini diinisiasi salah seorang guru SMP Negeri 4 Pematang Siantar yang juga Calon Guru Penggerak (CGP) angkatan 4 Kota Pematangsiantar, Erlina Anriani Siahaan, sebagai aksi nyata di sekolah di mana ia bertugas. Aksi nyata ini merupakan aksi nyata terakhir dalam program Pendidikan Guru Penggerak angkatan 4.
Ekstrakurikuler ini diluncurkan dengan diikuti 125 orang murid sebagai anggota dengan Erlina sebagai penggagas sekaligus Pembina beserta 5 orang Pembina lain yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu Dina Hayati, Ramayani Purba, Hotma Silalahi, Evi, dan Kusni.
Dedi Mulyono, selaku Kepala Sekolah sekaligus pelindung, sangat mengapresiasi gagasan ini dan siap mendukung realisasinya di lapangan. Ia mengatakan ekstrakurikuler ini sangat bagus di tengah situasi rendahnya keterampilan berbahasa murid, rendahnya minat belajar, dan rendahnya minat baca-tulis murid sebagai salah satu akibat dari loss learning pasca pandemi Covid-19 yang terjadi selama kurun waktu lebih dari dua tahun.
Dedi mengatakan program ini sebagai salah satu wujud nyata menyukseskan program pemerintah yang tengah menggaungkan GLN (Gerakan Literasi Nasional) yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat untuk meningkatkan kualitas hidup.
“Kita siap mendukung program Guru Penggerak di sekolah demi mewujudkan murid yang berkarakter pancasila,” tandas Dedi.
Program dan Produk yang Memerdekakan dan Membangun Kepemimpinan Murid
Program ini disusun dengan mempertimbangkan beberapa dampak baik yang akan terimbas kepada kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua. Bahkan dampaknya seiring waktu, sebagai salah satu bagian dari masyarakat, murid diharapkan mampu mengimbaskannya kepada lingkungannya.
Erlina memaparkan program eksktrakurikuler ini setelah pembukaan dari Kepala Sekolah. Ada enam program yang tersinergi dalam divisi kelas yang mereka desain, antara lain: kelas puisi, kelas cerpen, kelas opini/artikel, kelas desain (manual kreativitas dan digital), kelas layout, dan kelas teater/drama.
Hasil karya murid ini akan disajikan sebagai produk yang dimuat dalam website sekolah, bulletin, mading, pohon literasi, buku, serta kecakapan murid untuk tampil membacakan maupun memerankannya.
Ekstrakurikuler ini dibina di bawah naungan Komunitas Beta Manurat yang juga akan mendatangkan Pembina untuk melatih kecakapan murid pada setiap devisi kelas. Komunitas Beta Manurat adalah komunitas literasi yang didirikan oleh Erlina sebagai wadah untuk sama-sama belajar.
Erlina, yang juga Duta Literasi Kota Pematang Siantar ini mengatakan dalam program merdeka belajar, aksi nyata ini dilaksanakan sesuai tema untuk modul pembelajaran guru penggerak, yaitu bagaimana CGP mampu menciptakan program yang berpihak kepada murid, memberdayakan murid, serta melatih kepemimpinan murid.
“Kita hanya mengarahkan, sebab yang menjadi pelaku adalah murid dan ekstrakurikuler ini harus membuat murid bahagia, murid harus berdaya,” kata Erlina.
Terkait mengapa program ini harus menjadi ekstrakurikuler, Dina Hayati mengatakan program ini termasuk kegiatan ekstrakurikuler karena goalnya adalah membantu pengembangan aspek-aspek seperti minat, bakat, dan kepribadian sesuai karakter pemuatan dalam profil pelajar pancasila yang dilakukan sekali dalam seminggu di luar jam pelajaran.
Oleh karena itu, dipilih pengurus yang berasal dari murid. Habib Yagil sebagai ketua, Nayla Shavina batubara sebagai sekretaris, dan Anisya yang sering dipanggil Medpal sebagai bendahara dengan dibantu enam ketua penggerak untuk masing-masing divisi kelas.
Dina memimpin bagaimana murid menghapalkan yel-yel literasi dengan antusias sebagai ungkapan SMP Negeri 4 Kota Pematangisantar siap berkarya untuk literasi.
“Kita membebaskan murid bergabung di divisi mana ia ingin belajar,” ungkap Rama. Ia mengatakan murid sudah harus bisa membuat keputusan memilih sesuai dengan minat, bakat, dan kesenangannya.
Ekstrakurikuler Ciptakan Lingkungan yang Berorientasi Kepada Murid
Program ekstrakurikuler ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang berorientasi kepada murid sebab murid adalah subjek yang harus diberdayakan dan mengalami pengalaman belajar bermakna yang akan memberdayakan mereka dengan kecakapan hidup yang juga akan membentuk kepribadian dan menumbuhkan human capitalism yang mampu berpikir kritis, solutif (mampu menyelesaikan persoalan dengan bijaksana), dan berpikir holistik.
“Kita akan sinergis untuk mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif, dan bijaksana,” kata Hotma. “Kita akan melatih keterampilan untuk pencapaian tujuan akademik maupun non-akademik,” tambahnya.
Ada tiga hal yang menjadi orientasi berpusat kepada murid yang disajikan dalam program ini, yaitu kepemilikan (ownership) dimana penggerak organisasi ini adalah murid, bahkan dalam hal pempublikasian karya, harus seizin murid; suara (voice) dimana murid bebas mengeluarkan ide atau gagasan yang akan membangun organisasi, serta mereka juga bisa mengimbaskan (menularkan) ketertarikannya kepada sesama temannya; serta pilihan (choice) dimana murid bebas memilih rubrik atau divisi serta berperan serta dalam menentukan bagaimana program organisasi dilaksanakan di lapangan.
Kontributor : ES