Lidinews.id - Korea-Pop atau lebih dikenal K-Pop merupakan sub-genre pop yang saat ini digandrungi banyak anak – anak muda terutama di Indonesia.
Perkembangan K-pop saat ini sangat melaju pesat dimana dapat terlihat dari berbagai media platform yang “menyambi” K-pop sebagai endorsement mereka mulai dari pakaian, make up, skincare, bahkan hingga makanan dan minuman pun tak luput dari hal – hal yang berbau K-pop bahkan semuanya seakan menjadi pusat “kiblat” bagi anak muda.
K-pop yang pada awalnya hanya sebagai hiburan industri musik saat ini telah merambah ke berbagai bidang. Hal ini dikarenakan kecintaan para fans yang senang mengikuti gaya fashion dan apapun yang dikenakan bahkan yang dimakan oleh idol yang digandrunginya.
Terbukti ketika para artis K-pop atau biasa disebut idol tampil di layar kaca banyak sekali pertanyaan – pertanyaan seputar merek baju apa yang mereka kenakan, berapa harga sepatu yang mereka pakai, hingga makanan dan minuman yang muncul saat mereka melakukan siaran meskipun hanya tergeletak tanpa dicicipi tetap saja menjadi perhatian para fansnya yang kemudian mengalami lonjakan kenaikan konsumen karena ingin “sama” dengan idolanya.
Inilah yang menjadi penyebab banyak industri – industri di tanah air memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik minat konsumen dengan melakukan endorse ke hal – hal yang berbau negara Korea selatan terutama K-Pop dari boyband dan girlband terhadap berbagai produk yang dimilikinya. Kenyataan bahwa melakukan endorsement tersebut ternyata dinilai efektif terbukti dari berbagai produk yang dipasarkan ternyata begitu diincar oleh fansnya bahkan terbit pula layanan yang dapat dijadikan sebagai kesempatan dalam mendapatkan uang adalah dengan jasa titip atau lebih dikenal dengan jastip.
Namun, bagi beberapa orang hal ini ternyata dapat merugikan. Hal ini bisa terjadi karena adanya kenaikan harga yang cukup signifikan dan produk yang sulit dicari dikarenakan kebanyakan fans cenderung membeli lebih dari yang mereka butuhkan bahkan diketahui para fans yang sudah fanatik bisa membeli produk berpuluh hingga ratusan hanya demi menjadi koleksi saja.
Sontak saja perilaku fans yang dianggap berlebihan tersebut tak jarang menimbulkan kerugian bagi para non-fans yang sebenarnya memerlukan produk tersebut hanya untuk digunakan sebagaimana mestinya produk tersebut. Terlebih lagi, dikarenakan tingginya permintaan konsumen yang menyebabkan kelangkaan produk – produk tersebut dijadikan beberapa oknum yang memanfaatkan keadaan tersebut untuk menaikkan harga produk yang jauh signifikan daripada harga normalnya. Selain itu, semakin populernya produk – produk yang berbau Korea Selatan menyebabkan banyak anak muda yang lebih mengetahui perihal produk – produk besar dari luar negeri maupun yang bekerjasama daripada usaha – usaha lokal terutama yang kecil semakin tergerus dan pada akhirnya mengalami bangkrut karena tidak dapat bersaing dengan industri besar yang mengiklankan “Idol” dalam produksi produk – produknya.
Pada dasarnya hal ini dapat menjadi keuntungan yang bersifat tidak merugikan selama para konsumen dapat dengan bijak membeli produk dalam batas wajar dan tidak berlebihan.
Disamping itu, konsumen diharapkan tetap mau mendukung usaha – usaha kecil lokal demi membantu kesejahteraan para rakyat di Indonesia dan mulai belajar mencintai kekhasan yang dimiliki oleh Indonesia agar terus dapat memperbaiki hal – hal seperti dalam industri musik tanah air agar tidak kalah dengan yang di luar negeri.
Dengan melebarnya sayap K-Pop di industri musik dapat menjadi motivasi dan acuan sebagai warga Indonesia untuk termotivasi dalam mengembangkan industri lokal yang ada.