Maluku, Lidinews.id - Kamis, 29 Juni bertempat di Auditorium Kampus IAKN Ambon BEM Nusantara Daerah Maluku mengadakan dialog Moderasi Beragama "upaya memperkuat semangat toleransi dalam bingkai Pela Gandong".
Kegiatan ini dihadiri oleh Drs Barnabas N Orno (Wakil Gubernur Maluku) Drs Bodewin M Wattimena (Pj Walikota Ambon), mewakili Polda Maluku AKBP Bayu Tarida Butarbutar S.I.K (Wadir Intel Polda Maluku), Mewakili MUI Provinsi Maluku Pak Abdul Manan Latuconsina S.Ag, ( Sekretaris MUI Provinsi Maluku), Mewakili Sinode GPM Pak Dr Rudi Rahabeat MA (Wasekum Sinode GPM), dan Mewakili Kakanwil Agama Provinsi Maluku Ibu Nansij Latuheru S.sos, M.si (Kabid Binmas Kristen Kanwil Agama Maluku). Kegiatan ini sendiri dibuka oleh Rektor IAKN Ambon Dr Yance Z Rumahuru MA.
Rektor IAKN Ambon dalam sambutannya menekankan sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini terlebih menurutnya IAKN Ambon sebagai Perguruan Tinggi adalah kampus yang memiliki slogan Harmoni dalam keberagaman.
Disisi lain Wakil Gubernur Maluku menekankan tentang peran aktif semua elemen termaksud BEM Nusantara untuk terlibat aktif mengkampanyekan Toleransi Beragama. terlebih menurut beliau Provinsi Maluku punya pranata budaya yang luar biasa jadi magnet bagi kerukunan umat beragama yakni Pela Gandong.
Ditambahkan oleh Pj Walikota Ambon bahwa Kota Ambon sendiri identik dengan simbol toleransi dan perdamaian. Gong perdamaian sebagai ikon Kota Ambon adalah simbol bahwa Kota Ambon sangat menjunjung tinggi kerukunan beragama.
Kordinator Daerah BEM Nusantara Maluku Jihad Nahumarury dan Kordinator Nusantara Maluku-Maluku Utara Brian Lewerisa kompak mengatakan bahwa ini merupakan langkah awal dari BEM Nusantara, rencananya setelah kegiatan teoritis seperti ini akan lahir pokok pokok pikiran yang kami jadikan rekomendasi untuk turun mengedukasi masyarakat tentang pentingnya toleransi beragama. belakangan ini muncul pendapat bahwa. Tema ini kami angkat mengingat Maluku pernah mengalami tragedi perang antar umat beragama (1999) yang meninggalkan trauma yang membekas di ingatan masyarakatnya. Bahkan Januari lalu konflik antar Kariu dan Pelauw juga berpotensi mengikis kerukunan hidup masyarakat. Olehnya itu dirasa penting untuk mendiskusikan moderasi beragama dengan perspektif Pela Gandong," tutupnya.
Editor : Arjuna H T M