Humbang Hasundutan, LidiNews.com - Wabah Pandemi Covid - 19 menyebabkan penurunan yang signifikan pada sektor pertanian terutama harga komoditas pangan, yang secara langsung berdampak pada pendapatan para petani. Hal tersebut tentunya sangat beresiko, melihat kondisi petani yang rentan tergelincir masuk dalam kategori masyarakat miskin.
Kondisi diatas tentunya memperparah permasalahan sebelumnya, yaitu kesenjangan harga komoditas pertanian termasuk sayuran, cabai, bawang dan tanaman lainnya yang belum menemukan titik keseimbangan. Permasalahan tersebut tentunya menjadi penyebab generasi mudanya pun enggan untuk bertani, sehingga kepedulian terhadap pertanian pun terabaikan.
Berawal dari situ, sebagai wujud kepedulian Pemuda Humbang Hasundutan terhadap pembangunan Humbang Hasundutan yang lebih maju khususnya pada sektor pertanian, maka KPPHumbahas mengadakan Diskusi Online dengan mengangkat tema “Reorientasi Pembangunan dan Stabilitas Harga Pertanian di Humbang Hasundutan”. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan kondisi terkini isu pertanian dan kesejahteraan petani, yang harapannya diskusi tersebut mampu memunculkan ide dan gagasan inovatif terkait penyelesaian masalah isu pertanian di Humbang Hasundutan sehingga terciptanya pertanian yang mandiri dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, KPPHumbahas turut mengundang beberapa narasumber yang diyakini mewakili seluruh stakeholder terkait sektor pertanian, diantaranya: Prof. Abdul Rauf, M.P. (Guru Besar Fakultas Pertanian USU), Drs. Moratua Gajah, M.M. (Anggota DPRD Humbang Hasundutan), Ramalan Simamora, S.P. (Penyuluh Pertanian Swadaya Desa Aeklung, Kec. Doloksanggul, Humbang Hasundutan), Maman Silaban, S.P. (Founder Perhimpunan Pemuda Tani Indonesia), dan Yedija Manullang, S.P. (Ketua Barisan Milenial Humbang Hasundutan).
Dalam paparannya, Prof. Abdul Rauf, M.P. menjelaskan bahwa pertanian mandiri dan berkelanjutan itu didasarkan pada agribisnis dan agroindustri yang kemudian terdiri dari agroindustri hulu dan hilir, dimana keduanya itu diartikan sebagai sub sektor sarana produksi pertanian dan subsektor hasil pertanian, yang nantinya akan menghasilkan industri massal berbasis masyarakat.
"Pemerintah harus menjadikan pertanian sebagai program rutin bukan sekedar skala proyek, yang nantinya untuk dapat meningkatkan sumber daya pertanian yang berbasis koperasi dan korporasi," ujarnya.
Kemudian, Ramalan Simamora, S.P. dalam paparannya terkait potret terkini pertanian di Humbang Hasundutan menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan masih menekankan pada motto “HEBAT” yang dipegang teguh oleh Bupati Humbang Hasundutan, Dosmar Banjarnahor yakni "Sinur Na Pinahan Gabe na diula".
Jika melihat potret terkini, sesuai data yang dirilis oleh BPS terkait prioritas pertanian Humbang Hasundutan masih didominasi oleh komoditas Jagung dan Bawang dengan kisaran luas lahan seluas 30 ha. Namun, melihat terjadinya pelambatan pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar 4.94%, komoditas pertanian menjadi salah satu sektor yang paling dirugikan, disamping pemerintah belum juga menemukan solusi terbaik terkait dengan permasalahan tersebut.
Menurutnya, salah satu kendala utamanya berada pada manajemen pemerintahan yang belum baik, ditambah kurangnya perhatian pemerintah daerah setempat terkait harga dan kurangnya pengawasan terhadap pertanian.
Bahasan tersebut tentunya semakin menarik, dengan pandangan Drs.Moratua Gajah, M.M. yang menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan sudah berupaya semaksimal mungkin terutama ditengah pandemi Covid - 19.
"Saat ini, kami sangat kesulitan menjual barang keluar karena semua tergantung pada pasar," ungkapnya.
Dalam paparannya juga disampaikan bahwa pada 2019 Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan melalui APBD sudah mengalokasikan 30.7 miliar untuk sektor pertanian, dan pada 2020 alokasi APBD sebesar 30,8. Namun, kendala yang dihadapi pemerintah adalah terkait ketidakcocokan tanaman jagung di dataran tinggi, berbanding terbalik dengan kondisi bawang yang cocok di dataran rendah seperti baktiraja.
Hal tersebut tentunya menjadi dilema bagi masyarakat dalam memilih tanaman yang cocok dan berpotensi mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa tanaman lainnya juga tidak akan tertinggal.
Melihat dari sisi lain, Maman Silaban, S.P. menjelaskan perihal jumlah pengangguran terbuka Indonesia, artinya angkatan kerja yang belum bekerja sama sekali akibat belum berusaha secara maksimal atau dikarenakan faktor malas mencari pekerjaan atau malas bekerja yang saat ini mencapai 7,5 juta. Dan untuk para pekerja saat ini, mereka lebih banyak bekerja sebagai penyedia akomodasi dan makanan minuman, bukan dalam sektor terkait pertanian.
“Alasan mendasarnya terdapat pada keterbatasan lahan dan ketidakstabilan harga yang menjadi dilema anak muda akan kesejahteraannya kelak. Lebih parahnya, ketika terjadi tindak kartel pada sektor pertanian, hal tersebut tentunya akan membahayakan para petani. Maka itu, perlu bantuan pemerintah untuk menggandeng para pemuda dengan mengaungkan kompetisi sehat dalam bertransaksi," ujarnya.
Lalu, Yedija Manullang, S.P. menyoroti terkait dengan visi misi Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan yang tertuang dalam tulisan Dosmar Banjarnahor, yang menjanjikan pendirian Politeknik Agribisnis di Humbang Hasundutan, yang nyatanya belum terwujud sampai hari ini.
Topik diskusi tersebut tentunya sangat menarik hingga memakan waktu sekitar 4 jam lamanya, dimana diskusi ini dihadari oleh masyarakat dari berbagai daerah Indonesia termasuk dari kota Depok, Medan, Surabaya hingga paling banyak dari Bogor, diluar kehadiran masyarakat Humbang Hasundutan.
Hal tersebut tentunya menyebabkan diskusi semakin hidup dengan munculnya ide-ide inovatif baik dari para peserta diskusi maupun narasumber dengan berlatarbelakang berbeda beda, termasuk didalamnya akademisi dari Litbang Pertanian Bogor, Dewan Pakar Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) Bogor, Profesor dan alumni pertanian dari IPB University, dan para mahasiswa.
Para hadirin pun, turut menyampaikan bahwa persoalan pertanian tak habis habisnya untuk dibicarakan dan harapannya kedepan KPPHumbahas dapat melaksanakan diskusi yang lebih lanjutan terkait dengan pertanian. Hal tersebut mengindikasikan, bahwa sektor pertanian di Humbang Hasundutan adalah hal yang sangat berpotensi menjadi industri besar ditandai dengan kepedulian berbagai pihak yang ada.
Adapun diskusi online yang dilaksanakan melalui Zoom Cloud Meeting yang dimoderatori oleh Ganda M Sihite, selaku Sekretaris KPPHumbahas bersama Host Josua Hasiholan Munthe selaku Biro Media KPPHumbahas.
“Apresiasi yang sangat tinggi kami sampaikan kepada KPPHumbahas yang telah melakukan diskusi ini yang melibatkan pemuda untuk tetap peduli dan memperhatikan Bonapasogit,”’ ujar salah satu peserta.
Terkait hasil diskusi, Moratua Gajah selaku Anggota DPRD Kabupaten Humbang Hasundutan pun menyampaikan bahwa hasil dari diskusi ini telah dicatat point-pointya dan akan dibahas bersama pemerintah untuk memberi solusi akan pertanian Humbahas.
"Harapannya, KPPHumbahas akan terus melanjutkan sinergi dengan berbagai elemen dan jaringan yang ada agar terciptanya pembangunan pertanian yang mandiri dan berkelanjutan karena menurut bung karno bahwa Petani berarti “Penyangga Tatanan Negara" harapnya.
Menariknya, Diskusi tersebut juga bertepatan dengan peringatan hari lahir Bung Karno tepatnya pada 6 Juni.