terkini

Iklan Podcast

Hari Lahir Pancasila, Antara Nostalgia Lambang dengan Aktualisasi Nilai

Lidinews
Senin, 6/01/2020 09:28:00 AM WIB Last Updated 2023-02-11T03:44:31Z

Sumenep, LidiNews.com | Hari ini bertepatan dengan tanggal 1 Juni tahun 2020. Berarti kita sudah sampai pada satu waktu, di mana puluhan tahun yang lalu yaitu pada 1 Juni tahun 1945 telah terjadi peristiwa luar biasa yaitu Lahirnya Pancasila.

Sebuah kisah historis bangsa Indonesia yang menjadi dasar munculnya republik yang merdeka dalam arti yang sebenarnya. Negara bebas berdikari yang tanpa sejengkal pun berada dalam cengkeraman iklim penjajahan dan kolonialisme. 

Pancasila di Kala Itu

Pancasila memang lahir dari perdebatan sengit para anak-anak bangsa. Sebuah diskursus impian yang seyogyanya menjadi kenyataan ketika negara sudah berdiri di atas "kakinya" sendiri. 

Sebuah horison harapan Founding Father bangsa yang ingin melanggengkan idealisme kebangsaannya yang masih seputih kapas tentang "Kemerdekaan Bangsa adalah Harga Mati". Maka dari itu, lahirnya Pancasila diiringi dengan sorak-sorak kebanggaan sebagai momentum yang bisa dijadikan sarana untuk bangsa agar bisa melesat dengan cepat. 

Pancasila di kala itu, tidak hanya menjadi diskursus perjuangan yang terhidang di meja diskusi saja, tetapi juga dilemparkan sebagai sebuah itikad nilai yang "fardu ain" untuk dilakukan anak-anak bangsa. 

Semua pun menerimanya sebagai sebuah hadiah kemerdekaan akibat lamanya ter-"karantina" dalam alam feodalisme, marginalisme dan post kolonialisme di negeri sendiri. 

Pancasila diakui sebagai lambang tak bergerak yang mampu berbicara tentang segala macam nilai dan moral yang masuk ke dalam relung hati segenap anak bangsa. Sebuah deskripsi yang tidak bisa dijelaskan oleh akademis manapun kecuali oleh rakyat banyak yang terlalu lama ditindas dan diremehkan. 

Itu dulu, ketika Pancasila menjadi filosofis yang tergambar di setiap sanubari rakyat saat mulutnya berteriak, "Kami Rakyat Indonesia yang Merdeka". Pancasila di periode "hangat-hangat kuku perjuangan" tersebut mulai disampaikan dari hati (ke) hati dan mulut (ke) mulut. Momentum yang akhirnya disepakati secara komunal sebagai sebuah deskripsi nilai yang "ajaib" yang harus dijaga sebagai sebentuk perjuangan kedua pasca terlepas dari agresi bersenjata dan konflik politik yang mencekam. 

Pancasila Saat Ini

Pancasila saat ini, tidak berbeda dengan pancasila jaman dulu yang masih merupakan sebuah potret diam tak bergerak tetapi lantunan nilainya masih menjadi impian rakyat banyak. Sebuah momentum kemerdekaan yang masih menjadi harapan lahir dari konseptual maknawi pancasila, sekalipun tidak lagi merdeka dalam makna tahun 45.

Pertanyaan sederhananya adalah, apakah Indonesia kali ini lebih sepaham dan sehati ketika meresapi lahirnya Pancasila dengan insan Pancasilais di tahun 45?

Mungkinkan hari lahir Pancasila kali ini hanya dirasakan sebagai sebuah hari raya "nostalgia" pada gambar tak bergerak, tanpa mengerti atau bahkan antipati pada aksentuasi dan semiotik dari nilai-nilai yang ditanamkannya?

Entahlah........

Mungkin yang perlu dilakukan adalah membuka kembali historisitas perjuangan anak-anak bangsa ketika melahirkan Pancasila yang dari segi idealisme bertujuan, nilai Pancasila dibuat demi dari/ke/dan untuk kita. 

Ke-Kita-an inilah yang harus sejalan dalam menilai Pancasila bahwa ia-nya bukan hanya gambar yang "diam". Tetapi ada harapan untuk bersama-sama menjadi insan bertuhan, beradab, bersatu, bermusyawarah dan adil. 

Karena itulah yang membuat Indonesia berhasil melesat bersama Pancasila. (Ags)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Hari Lahir Pancasila, Antara Nostalgia Lambang dengan Aktualisasi Nilai

Iklan