Keterangan Foto: Logo PLD (Pena Literasi Dinamis), Komunitas kepenulisan. Lidinews.com |
Karya: Eka Wahyuni
Senja di kala sore menjadi saksi kami untuk menjalin hubungan di masa itu. Mengikat janji untuk saling mengasihi dan mencintai satu sama lain. Menciptakan kisah kisah harmonis di dalam rajutan kehidupan.
“Happy Aniversery”, Ucap Josua yang mengagetkanku di malam kamis yang penuh manis.
“Thanks ya Jo, kamu selalu memberikan kejutan manis setiap tahun”, ucapku tersenyum tipis menatap lelaki di hadapanku dengan penuh haru.
Aku Annisa sering di panggil Nisa. Aku dan Josua tengah menjalin hubungan terlarang pasalnya kami berbeda agama. Aku beragama Islam sedangkan Josua beragama Kristen. Kini hubungan kami berjalan 5 tahun. Kami mulai menjalin hubungan sejak duduk di bangku SMA. Hubungan kami tidak di ketahui oleh orang tua kami. Hal ini karena aku menyuruh Josua untuk tidak membocorkan hubungan kami berdua. Aku takut Ayah dan Ibu ku sangat marah kepadaku jika mereka mengetahui hubungan kami. Hingga pada akhirnya Josua bertekad untuk membawa hubungan kami ke jenjang yang lebih serius.
“Sudah cukup Nis!!, aku nggak mau hubungan kita gini gini aja. Sudah 5 tahun kita menyembunyikan hubungan ini kepada orang tua kita. Malam ini aku akan ke rumahmu dan berbicara kepada orang tua mu!!.” Ucap Josua dengan nada tinggi.
“Tapi, Jo. Aku takut jika hubungan kita ini tidak di restui oleh ayah ibuku. Aaakuu...”, ucap ku menjelaskan kepada Josua.
“Aku gak mau menunda lagi. Kali ini kamu akan menjadi pendengar dan biarkan aku berbicara. Aku akan perjuangin hubungan kita sampai ke pelaminan. Aku sayang sama kamu Nis, aku cinta sama kamu. aku ingin menunjukkan bahwa aku lelaki yang gentle man. Aku ingin memiliki kamu seutuhnya, Nis.” Ucapnya yang memotong pembicaraanku.
Tanpa basa basi lagi Josua memegang erat tanganku dan mengantarku kerumah dengan sepeda motor tua kesayangannya. Kutatap kekasihku dengan penuh kegelisahaan, seorang lelaki berkumis tipis dengan wajah ragu yang bertekad untuk menghalalkanku meski dia tahu resikonya sangat berat. Malam itu cukup sepi membuat kami berdua membisu. Tibalah aku dan Josua didepan rumahku. Aku bergegas masuk ke rumah. Sedangkan Josua mengikutiku dari belakang. Ayah dan Ibu yang tengah duduk santai di ruang tamu langsung menatap kearah kami dengan tajam.
“Permisi , Pak.” Ucap Josua dengan ragu.
“Silahkan duduk.” Ucap Ayahku dengan lembut.
Josua mulai mengenalkan dirinya kepada orang tua ku. Dia mulai menceritakan hubungan aku dengannya. Dia menjelaskan bahwa ia akan melamarku. Mendengar hal itu, kedua orang tuaku kaget. Ayahku mulai menanyakan seluk beluk Josua. Josua menjelaskannya secara detail.
“Pergi kamu!!,saya tidak akan merestui hubungan kalian.” Ucap ayahku dengan wajah merah padam menahan emosinya.
“Tenang yah, tenang.” Ucap ibuku yang berusaha menenangkan ayah.
“Nisa!! Kenapa kamu berpacaran dengan dia!! Masih banyak lelaki yang lebih baik darinya. Kalian sangat berbeda. Ayah tidak merestui hubungan kalian! Dia seorang anak pendeta sedangkan kamu?. Lebih baik sudahi hubungan kalian atau ayah akan memisahkan kalian berdua selamanya.”ucap ayahku dengan nada tinggi. Matanya melotot menandakan bahwa dia sangat sangat marah.
“Tidak Yah!!, Nisa cinta sama dia. Nisa hanya ingin dia, yah!!. Tolong restui kami berdua!! . Izinkan kami hidup bersama.” Teriakku dengan penuh amarah.
“Ayah tidak akan merestui hubungan ini!! Ayah tidak rela anak sematang wayang ayah menikah dengan lelaki yang beda agama!. Ayah hanya ingin kamu menikah dengan lelaki yang seagama yang mampu membimbingmu ke syurga!!.” Ucap ayahku.
“Pak saya bisa menjadi suami yang baik buat anak bapak. Tolong pak restui hubungan kami.” Ucap Josua dengan lantang.
Mendengar ucapan Josua ayah bergegas mengusirnya. Aku berusaha mengejarnya tapi ayah memegang tanganku dengan erat. Ayah menyeretku ke dalam kamar dan menyita hpku, lalu mengunci dari luar. Aku bertekad untuk melarikan diri. Aku pergi dari jendela kamarku dan berlari sekencangnya mengejar Josua.
“Jo!!.”Teriaku sembari berlari mengejar Josua.
Josua terhenti. Dan menoleh ke belakang. Dia bergegas menghampiriku. Menanyakan keadaanku. Aku memeluknya dengan erat. Aku menangis tersedu sedu. Malam itu seakan menjadi badai dalam hubungan kami. Josua menenangkanku. Dia menatapku dengan air mata yang berlinang.
“Jo, kamu mau kita ke jenjang serius kan?. Ayo kita pergi jauh dari sini, kita menikah lalu hidup bahagia.” Ucapku sambil menatap Josua seakan meyakinkannya.
“Tidak aku akan menikahimu di depan orang tuamu!. Bersabarlah, Nis. Besok aku akan kembali kerumahmu.” Ucapnya.
Keesokan harinya Josua datang ke rumahku. Lagi lagi amarah ayah memuncak. Dia mengusir Josua dan mengunci pintu rumah kami. Aku hanya menangis dan berusaha membuat ayah untuk tetap tenang. Kejadian ini membuat ayah tanpa berpikir panjang menyuruhku untuk ke Turki melanjutkan studi ku selama 4 tahun.
“Kau akan ke Turki selama 4 tahun dan tak akan pulang sebelum menyelesaikan studimu!!.” Ucap ayah yang tengah mempersiapkan persiapaanku ke Turki.
Aku ingin memberi tahukan Josua tentang keputusan ayah. Akan tetapi, hp ku disita oleh ayah dan semua kontak Josua di hapus olehnya. Minggu ini adalah jadwal keberangkatanku ke Turki. Ayah langsung mengantarkanku ke bandara internasional. Dengan berat hati aku melangkah. Hatiku berteriak histeris memanggil nama Josua. Dengan banjiran air mata aku pergi menuju Turki.
Sesampainya di Turki, aku tinggal di apartement. Dan mulai beradaptasi dengan lingkungan baruku.Hari hari ku kini tengah mati. Tawaku tak ada lagi. Hanya sepi dan air mata yang menemani. Hingga pada akhirnya seorang mahasiswa temen sekelasku mulai mendekatiku. Dia bernama Reyhan berasal dari Indonesia kebetulan kami tinggaal di kota yang sama. Dia mampu mebawa tawaku kembali. Menghiburku disaat sepi, membantu dikala duka. Aku mulai merasa nyaman dengannya. Kedekatanku dengannya begitu hangat. 4 tahun sudah aku di Turki, dan sudah menyelesaikan studiku dengan nilai yang memuaskan. Aku begitu gembira.
“Aku akan kembali, dan melepas rinduku padamu, Jo.” Gumamku.
Hari ini aku akan kembali ke Indonesia. Aku bergegas menyiapkan barang barangku ke dalam coper. Dan bergegas ke bandara internasional. Sampai di bandara aku berjumpa dengan Reyhan. Kami pun masuk ke pesawat. Dan Reyhan duduk di bangku sebelahku. Dia mulai mencari pembicaraan denganku hingga pada akhirnya Reyhan mengutarakan perassannya kepadaku. Namun, hatiku tak mampu menerimanya karena hanya Josua yang bertahta di hatiku.
Sesampai di Indonesia. Kami menaiki taxi yang berbeda. Diam diam Reyhan mengikuti dari belakang dan masuk kedalam rumahku. Betapa terkejutnya aku ternyata Reyhan anak temen ayahku.Reyhan menjelaskan keinginnanya bahwa dia akan melamarku kepada ayah. Sontak ayah menyetujuinya.
Mendengar hal itu aku berlari ke kamar dan menangis. Dari balik jendelaku aku mendapati seorang lelaki dengan jaket hitam tengah menatapku yang tak lain dia adalah Josua. Aku berlari keluar dan memeluknya. Aku menjelaskan kepadanya tentang semua yang kualami selama 4 tahun ini. Josua hanya memberiku senyum manisnya.
“Datanglah ke taman malam ini.” Ucapnya dengan lembut. Lalu dia pergi meninggalkanku tanpa banyak bicara.
Malam mulai datang. Aku teringat pada ucapan Josua. Aku bergegas pergi ke taman. Di taman aku melihat Josua duduk menatap rembulan. Dia menyuruhku untuk duduk di sebelahnya. Dia menyanyikan sebuah lagu romantis ciptaannya. Dia tidak ingin mendengarkan penjelasanku. Dia hanya membuat malam itu terasa begitu indah dalam hidupku. Aku dan dia berdansa di bawah rembulan. Menatap satu sama lain. Hingga jam tanganku menunjukkan pukul 22:30 wib. Josua segera mengantarkanku ke rumahku. Ternyata ayah telah menunggu ku di depan rumah. Dia menatap Josua dengan tajam.
“Nisa, Aku mencintaimu. Sampai kapan pun aku kan selalu mencintaimu. Aku harap kamu menikah dengan lelaki yang lebih baik dariku.” Ucap Josua lalu pergi meninggalkanku.
Sejak kepergiannya di malam itu. Aku tak pernah mendapati kabar tentangnya. Aku mulai mencari tahu keberadaannya aku bergegas pergi ke rumahnya. Dan menanyakan tentang Josua. Ibunya langsung memeluku dengan tangisan histeris. Aku begitu binggung. Hatiku bertanya tanya apa yang terjadi. Hingga akhirnya aku mendapati kenyataan pahit. Bahwa Josuaku kini telah tiada karna penyakit yang dideritanya. Aku histeris memanggil manggil namanya. Papanya menceritakan tentang perjuangan Josua untuk mendapat restu dari orang tuaku. Papanya menjelaskan bahwa berbagai cara telah Josua lakukan.
Josua pernah pulang dengan wajah lembam karna dipukuli oleh ayahku. Dia merelakan seluruh jiwanya kepada ayahku agar dia mendapat restu. Namun, semua hanya sia sia karna ayah tetap saja tidak merestui hubungan kami. Hingga pada akhirnya Josua jatuh sakit dan di rawat ruang ICU. Bibirnya selalu memanggil namaku. Hingga nafas terakhirnya. Malam yang indah itu sebagai jebatan perpisahan aku dengan Josua untuk selamanya.
~ S E L E S A I ~
Minggu, 29 Maret 2020, Medan, Tanjung Morawa