Pandemi Covid-19 telah membuat seluruh masyarakat di dunia mengisolasi diri dengan melakukan segala aktivitas mulai dari belajar hingga bekerja dari rumah. Di Indonesia, berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 menunjukkan bahwa total pekerja Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas per Agustus 2019 sebanyak 126,51 juta orang, dengan pekerja formal mencapai 56,02 juta orang. Angka pekerja formal tersebut berdasarkan data Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (AKSES), yang benar-benar bekerja secara jarak jauh hanya 10 persen. Meski kecil, angka ini menggambarkan perubahan kebiasaan baru selama pandemi berlangsung.
Pandemi ini telah membukakan mata masyarakat dunia bahwa terdapat banyak kelemahan dalam sistem global yang ada. Berdasarkan dari pernyataan Khuloud Al Omian, Editor in Chief Forbes Middle East dalam tulisannya di Forbes Middle East menyebut bahwa setelah periode pandemi ini terlewati akan ada perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat dunia,”Apakah kita berada di puncak tatanan dunia baru- era baru yang akan menjadi titik balik penting dalam sejarah dunia? Atau, begitu kita melewati periode ini, apakah dunia akan kembali seperti semula? Tentu saja tidak, semuanya akan berbeda.
Setelah pandemi Covid-19 masyarakat dunia akan menyaksikan restrukturasi sejati sistem global. Berdasarkan prediksi yang ditulisnya, Dachi menyebutkan beberapa perubahan yang akan terjadi terkait perubahan sistem bekerja dan belajar, aktivitas produksi, perilaku konsumsi, hingga keseimbangan kekuatan dunia.
Pandemi akan berdampak pada pertumbuhan robotika, kecerdasan buatan dan percetakan tiga dimensi. Otomatisasi akan menjangkau ke ranah layanan seperti proses administrasi dan layanan panggilan. Perihal ini merupakan tantangan bagi negara berkembang dengan populasi muda pencari kerja yang banyak seperti Indonesia. Perubahan perilaku akan berubah seiring dengan meningkatnya kinerja teknis, sektor pembayaran online dan kepercayaan terhadap teknologi. Dengan itu, pemerintah di berbagai negara akan memperluas layanan elektronik ke seluruh wilayah.
Dilansir dari The Conversation, Martin Panggabean, Dosen Program Studi Ekonomi Pasca Sarjana Universitas Katolik Atma Jaya mengatakan pemerintah perlu membicarakan aktivitas produksi seperti apa yang akan diandalkan menjadi kekuatan negara. Kelanjutan produksi merupakan hal yang penting untuk saat ini dan pemerintah harus berani tidak hanya bertumpu pada biaya paling murah. Jika melihat hasil analisa John Allen dari Foreign Policy, krisis kesehatan ini akan mengubah struktur kekuatan internasional. Pandemi Covid-19 akan terus menekan aktivitas ekonomi yang dalam jangka panjang secara signifikan memungkinkan akan mengurangi kapasitas produktif ekonomi global.
Perubahan juga akan terjadi pada sistem pendidikan diseluruh dunia dengan berkembangnya pendekatan pembelajaran home-schooling. Dengan belajar dari jarak jauh memungkinkan negara-negara berkembang untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam sektor kesehatan, pandemi menjadikan pemerintah dan perusahaan akan memberi perhatian lebih terhadap sektor perawatan kesehatan dan produk kesehatan dengan mengalokasikan dana investasi ke sektor tersebut.
Dengan dinamisasi pola perilaku dan sistem tatanan pada bidang sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan hingga politik pada masa mendatang, sekarang merupakan waktu yang tepat untuk mulai melakukan tindakan. Pemerintah nasional dan kota, perusahaan swasta dan seluruh elemen masyarakat harus melakukan usaha yang terbaik untuk menyongsong era baru setelah pandemi Covid-19.