Foto: Acik Wesa/Lidinews.com
‘‘Atas nama Pembangunan, industri dan ekonomi, Kapitalis dan investor Bejat merusak rahim bumi pertiwi”
Sulsel,Makassar,Lidinews.com-Kamis, 30 April 2020. Adalah sebuah pengetahuan umum bahwasannya Indonesia merupakan negara kaya akan potensi sumber daya alam. Dari sabang sampai Merauke, rahim ibu pertiwi diisi oleh sumber daya alam dengan klasifikasi dan jenis yang berbeda.
Oleh karena kekayaan alam yang dimiliki, tak pelak eksploitasi alam besar besaran pun terjadi di Indonesia. Rahim ibu pertiwi diobrak abrik oleh konglomerat, kapitalis global maupun elit lokal bejat yang mengedepankan industri, ekonomi daripada keselamatan alam Indonesia.
Cara dan jenis pengrusakan alam pun dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung pada jenis dan tujuan dari Perusahan yang ingin melakukam eksploitasi sumber daya alam. Semisal, tambang emas, batubara, mangan dan sebagainya, melakukan pengrusakan rahim bumi dengan cara yang cukup kejam.
Terlepas dari data kekayaan alam indonesia secara nasional, pada kesempatan ini penulis ingin mengupas sedikit tentang wacana hadirnya pabrik semen di Lingko Lolok, Lambaleda Manggarai timur, NTT. Hal ini dianggap cukup menarik karena ada relevansi antara sumber daya alam, lingkungan dan efek pengrusakan lingkungan yang mengatasnamakan pembangunan oleh pemerintah.
Berbagai argumentasi kontroversial prihal wacana hadirnya pabrik semen Lingko Lolok, Lambaleda, Matim memenuhi beranda ruang diskursif publik. Baik melalui press release media daring, pun kanal diskusi lainnya yang cukup produktif untuk memecahkan problem tersebut.
Ketika disimak dan dicermati secara saksama bahwasannya, esensi dan substansi dari perdebatan di ruang publik, kesimpulan substansif muncul bahwa wacana hadirnya pabrik semen Lingko Lolok sepertinya sedang bermasalah( Izin, Wacana sosial dampak lingkungan, dsbnya). Tetapi di luar pranalar lain prihal izin tambang, penulis tidak terlalu responsif akan tetapi pada kesempatan ini, penulis ingin meneropong hadirnya Pabrik Semen Lingko lolok dari kacamata Ekologi/lingkungan.
Secara ekologis, hadirnya pabrik semen ini pasti memiliki dampak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar lokasi Pabrik semen didirikan. Apalagi, hingar bingar diskusi publik bahwasannya, seputaran lingko Lolok juga merupakan area yang memiliki potensi sumber daya alam lain. Seperti Mangan dan sebagainya. Nah, apabila Pabrik semen ini hadir sebagai alibi untuk kegiatan tambang lain, maka mutlak kerusakan lingkungan akan terjadi di Longko lolok, Lambaleda,manggarai Timur.
Jika kita menyadari akan dampak negatif dibalik hadirnya Pabrik Semen Lingko Lolok, Apakah kita terus membiarkannya atau berjuang untuk tetap menjaga rumah Lingko Lolok? Para tokoh nasional, golongan masyrakat terntentu, pun gereja sudah mengutarakan persepsi terkait hadirnya pabrik semen di Longko Lolok. Dengan berbagai alasan fundamental, kehadiran pabrik semen ini seharusnya ditolak karena dampak positif lebih bersahabat dengan masyarakat daripada dampak positif.
Tolak Pabrik Semen :Perwujudan Laudato Si’. Apa itu laudato Si’? Apa saja yang dibahas dalam Laudato Si’? Apa Pula Hubungannya dengan Pabrik semen Lingko Lolok?
“Terpujilah Engkau, Tuhanku,karena saudari kami, ibu pertiwi, yang menyuapi dan mengasuh kami, dan menumbuhkan aneka ragam buah buahan, beserta bunga warna warni dan rumputan. Saudari ini sekarang menjerit karean kerusakan yang telah kita timpakan kepadanya, karena tanpa tanggungjawab kita menggunakan dan menyalahgunakan kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya”
Demikan ungkapan bait awal ensiklik kedua dari Paus fransiskus. Ensiklik yang dimaksud yaitu Ensiklik Laudato Si’. “laudato Si’ Mi Signore:Terpujilah Engkau Tuhanku”, dikutip dari ungkapan St. Fransisikus Asisi.
Ensiklik laudato Si, pada poin pentingnya membahas keteguhan kita sebagai umat beriman dalam menjaga rahim ibu pertiwi” Jaga rumah kita bersama” atau lebih spesifik menjelaskan tentang “pertobatan ekologis’’ dan kesadaran kita terhadap alam yang merupakan saudari kita sendiri.
Ensiklik ini lahir dari refleksi iman akan realitas sosial kita hari ini yang mana alam sebagai saudari kita tertimpa masalah yaitu pengrusakan yang kejam dan tanpa ampun dari umat manusia.dan juga bahwasannya Ensiklik ini juga selalu mengambil refrensi dari St. Fransisikus Asisi sang pemuja alam. Beliau adalah panutan bagi kita untuk mencintai alam seperti kita mencintai saudari kita sendiri.
Ensiklik Laudato Si’ menyadarkan kita bahwasannya, kasih untuk alam adalah rahmat untuk generasi kita selanjutnya. Oleh karena itu segala aktivitas yang dapat menimbulkan kerusakan alam seperti timbunan limbah, polusi udara, pemboran isi perut bumi, segera dihentikan atau dengan kata lain, kita sama melaksanakan “pertobatan ekologis”.
Sisi buruknya jika aktivitas dan ketamakan kita untuk merobek perut bumi dan segala aktivitas sejenis dilakukan maka generasi alam, manusia akan terputus. Kehidupan manusia akan terganggu, tanaman pangan, tumbuh tumbuhan akan ikut rusak bersamaan dengan ketamakan kita.
Dari ulasan prihal ensiklik Laudato Si’, apa hubungannya dengan pabrik semen Lingko lolok? Tentu secara gamblang kita sampaikan bahwa pabrik semen lingko lolok akan bersentuhan langsung dengan polemik ekologis/lingkungan.
Hadirnya pabrik semen Lingko Lolok harusnya ditimbang untuk kemaslahatan umat manusia. Kita selamatkan rumah Lingko lolok untuk kepentingan generasi. Ensiklik laudato si’ menegaskan bahwasannya alam kita harus dijaga, rumah kita harus dijaga karena alam adalah saudari kita sendiri.
Sebagai makhluk sosial, dan juga sekaligus sebagai manusia yang memiliki keyakinan(spiritualitas) kehadiran pabrik semen ini sejatinya ditolak untuk kepentingan kolektif.
Apakah kita salah dalam keputusan penolakan kehadiran pabrik semen ini? Tidak. Berbagai analisis(AMDAL, dsbnya) hadir dalam kanal diskusi dan menampilkan sisi buruk terhadap kehidupan alam dan juga manusia, sehingga suatu keputusan bulat dan benar jika “penolakkan”adalah langkah solutif.
Ensiklik ini harus diwujudkan dalam kehidupan kita sehari hari sebagai umat beriman sekaligus makhlik sosial yang memiliki simpati dan empati terhadap sesama(alam dan juga manusia).
Penulis : Acik wesa
Laporan : Fansisius Gunawan