Puan Bermahkota Juang
Karya : Eduardus Bela Jawa Lajar
Puisi itu telah lama diriasi
Sebelum aku dan puan berpapasan
Namun tidak masalah bagiku
Puan sungguh anggun dan ramah
Aku mencintainya dengan raga yang masih bermimpi
Bagiku itu hal yang paling indah dari sekedar berkelana di kebun bunga musim semi
Puan tak pernah mengelak ketika sapaan aku terlihat tergopoh-gopoh
Katanya itu romantis ketika mata tak melihat tampilan sebagai bualan di kala sepi
Sudah sepersekian hari menjadi tudingan percintaan
Puan tak pernah angkat bicara mengenai sajak cinta yang mistik
Baginya hanya menjadi pembangkang budaya dan kata tetua
Itu yang menjadi segalanya dibandingkan bersanding tawa tak bertajuk perubahan
Aku kaget seketika
Salah orangkah aku bertemu dirinya
Puan yang tangguh tak pernah banyak kata manis, hanya perjuangan yang selalu dipecahkan olehnya
Aku menjadi bosan
Berpacaran dengannya tak memuaskan dahaga asmara yang telah meluap
Puan ini berbeda dengan puan kebanyakan
Berperawakan sederhana
Tak ber-makeup
Tidak juga bergengsi
Sungguh sederhana, namun tidak dengan akal yang dangkal
Aku baru tahu nama puan itu
Anak bangsawan
Kartini namanya
Katanya dengan bangga “Habis Gelap Terbitlah Terang”
Itu taringnya
Namun dirinya tampak sedih
Puan muda berlabel brendit
Ingin matre asal tak keroncongan
Tapi sayang menjadi budak dapur,kasur dan di sumur
Sudahlah mungkin, aku kartini yang salah menerawang
Malang, 22 April 2020