Salam rindu dan cinta untukmu
Surat ini kutulis saat hati benar-benar tak bisa menahan gemuruh ingin segera berjumpa denganmu
Seperti juga daun-daun yang amat merindukanmu
Satu tahun kutunggu bersama doaku yang kulantunkan :
Allahumma baarik lana fii rojaba wa sya'bana waballighnaa ramaadhana
Ramadhan yang terhormat
Adakah engkau juga merindukanku
Atau jangan-jangan engkau tak pernah ingat walau sesaat
Karena kerinduan ini sekedar getar gombal yang makin menebal di ujung bibir
Seperti seorang pemuda yang ingin bertemu kekasihnya hanya untuk mendapatkan sesuatu miliknya
Puasaku bukan ingin melatih sabar dan tahan terhadap berbagai cobaan
Tapi sekedar melunaskan lapar melahap aneka macam hidangan
Tarawihku tidak untuk mendekatkan diri kepada Tuhan menebus dosa-dosa
Namun hanya kebiasaan beramai-ramai berkumpul mirip lomba pacuan kuda ingin segera sampai ke garis finis lalu meleleh didekap gerimis
Tadarus, qiyamullail dan i'tikafku tak lebih sebagai pamer agar diri ini dicap ahli ibadah
Padahal sesungguhnya ikut lumrah seperti tetangga sebelah
Makan sahurku sebenarnya agar besok seharian dapat tidur pulas menghabiskan waktu di kasur empuk dan kursi malas
Puasa teramat sepi hanya petasan menjagakan mimpi-mimpi
Yang terhormat Ramadhan
Engkau perlakukan aku secara terhormat
Ajaranmu melatih hidup teratur aku malah tambah ngawur
Engkau mendidik bersikap tulus
Justeru aku makin rakus
Engkau juga mengajari hidup seimbang
Ternyata aku selalu berlebihan dan sewenang-wenang
Ramadhan yang terhormat
Aku tahu di bulanmu adalah turunnya Al-Qur'an
Tapi tak sedikitpun sifat dan perilaku sesuai tuntunan
Bahkan pesan isinya terlalu jauh aku campakkan
Di bulanmu juga ada lailatul qodar
Aku tak pernah serius menunggunya dengan sabar
Selalu sibuk dengan memilih baju baru pergi belanja agar hari raya tampak gaya
Dan zakat fitrahku syarat pamrih
Tak ada jatah untuk kembali fitri
Ibarat putik bunga yang gugur sebelum berbuah
Ramadhanku
Demikian dulu suratku
Sesungguhnya aku malu berjumpa denganmu
Tiba-tiba langit senyap disusul awan pekat
Dingin keringat mengucur diam disekap embun-embun yang mekar di antara fajar
Karya: Muhammad Sahli Hamid
30 Sya'ban 1441 / 23 April 2020