CORONA OH CORONA
Kabar kemarin, hari ini dan hari-hari selanjutnya memenuhi halaman media
Tentang virus bernama corona yang mewabah penjuru dunia
Seperti tidak ada habisnya mulai fb, WA, radio sampai televisi
Dari sudut-sudut desa, gemerlap kota sampai mancanegara
Ada perasaan gelisah, resah dalam pancaran wajah
Bisnis perhubungan menjadi linglung
Sekolah-sekolah diliburkan dan bandara sepi pengunjung
Pusat perbelanjaan dan kantor-kantor terdesak terkatung-katung
Sampai Masjid Nabawi dan Masjidil Haram disterilkan
Berbagai antisipasi diviralkan hingga qunut nazilah, sholawat nariyah dan istighatsah ikut meramaikan masjid, musholla dan berbagai perkumpulan
Sebagian yang lain sibuk memborong masker
Mencuci tangan menjaga jarak dengan teman
Banyak juga yang enggan pergi ke perkumpulan
Corona telah menjadi monster yang menakutkan
Mereka mencurigai teman
Jangan-jangan terpapar virus mematikan
Jabat tangan diganti penghormatan
Orang-orang enggan pergi bertamu
Orang-orang tak perduli lagi sholat bersama-sama, bercengkrama menikmati indahnya panorama
Mereka jadi virus diri sendiri
Mereka menjelma hantu dalam kesepian
Lalu menciptakan tuhan bernama ketakutan
Corona telah mengingatkan mereka tentang kealpaan
Mengembalikan kesadaran tentang kehidupan yang teratur seperti olahraga, istirahat dan pola makan
Menumbuhkan kecintaan pada obat-obat herbal yang selama ini mulai ditinggalkan
Memulihkan pengetahuan tentang arti hidup yang mahal
Dan segera kembali pada Tuhan
Corona oh corona
Engkau seperti guru-guru yang bijaksana
Agar taman-taman tak dipenuhi duri
Agar cinta tak kehilangan ruhnya
Agar sejengkal langkah berarti
Agar tarikan nafas menjadi nyanyian bidadari
Sumenep, 16 Maret 2020