Sulsel, Makassar, LidiNews.com - Jumat, 10 April 2020.Jumat Agung merupakan hari raya yang di rayakan oleh segenap umat kristiani sejagat raya. Hari raya Jum'at Agung dirayakan untuk memperingati kisah sengsara dan wafat sang Almasih penyelamat umat manusia (Yesus Kristus).
Penulis : Tarsius Derson Wesa (Pegiat Literasi)
Laporan : Bung Gie
Ada Point penting Yang wajib diketahui dalam peristiwa Jumat Agung yaitu kisah Yesus menyerahkan diri sepenuhnya untuk keselamatan umat manusia.
Pertanyaannya, apakah makna Jumat Agung yang kita pahami?
Pertama, Jumat Agung dirayakan sebagai hari puasa Paskah. Dan hal ini sudah masuk dalam Tri hari suci. Seluruh umat katolik di ajak untuk bertobat, menjauhkan diri dari dosa dosa-dosa duniawi.
Kedua, kisah Jumat Agung mengisyaratkan kematian Yesus Kristus untuk menebus dosa umat manusia. Yesus rela menyerahkan dirinya untuk keselamatan umatnya dalam hal ini Dia mati untuk Manusia.
Kematian Yesus Kristus pada masa itu menyiratkan duka yang dalam bagi para pengikutnya. Tetapi tidak untuk Tuhan.
Yesus rela mati untuk menyelamatkan dan menebus dosa Manusia. Jiwa RagaNya diserahkan untuk pengikutnya.
Apakah Dia Mati selamanya? tidak. sebab Allah Bapa menjanjikan kehidupan kekal bagi seluruh Umatnya. Yesus pun demikian, Dia akan dibangkitkan pada hari ketiga berkat kuasa Allah yang menjanjikan.
Kematiannya membawa kabar sukacita bagi umat manusia. Manusia ditebus dan diselamatkan dari dosa. Allah Bapa mengutus putra Tunggalnya demi umatnya yang dikasihi.
"Ya Bapa Ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Demikian sepenggal kalimat yang diucapkan yesus menjelang detik detik wafatnya. Hal ini mengindikasikan bahwa Kuasa Allah dalam diri Yesus tak kunjung pupus oleh keangkuhan Manusia.
"Untuk itulah aku diutus ke dunia ini yaitu untuk menyelamatkan umat Manusia".
Matilah Sebelum Jumat Agung.
Kematian masa kini merupakan suatu hal yang sangat ditakuti dan tidak diharapkan oleh umat. Kematian dipandang sebagai akhir dari kehidupan. Tetapi sesungguhnya tidak bagi Tuhan.
Kematian dalam kisah Jumat Agung membawa sukacita bagi umat manusia.
Dan bagaimanakah kematian untuk generasi katolik masa kini?.
Seyogyanya hal itu sudah tidak terjadi lagi, makna Jum'at Agung seakan bergeser untuk generasi milenial.
Mati untuk generasi sekarang bukan untuk menyelamatkan sesama umat manusia. Tetapi mati karena gelapnya alam pikiran yang berselingkuh dengan euforia duniawi.
Generasi milenial tak pelak mengabaikan lontaran kata tobat, selamat untuk sesama. Pengaruh globalisasi yang kian meruntuhkan nurani kini semakin meningkat dan berada pada posisi grafik paling atas.
Dimanakah keselamatan?
Pasti jawabannya hanya ada pada masa Jum'at Agung. Gelap dan hancur. Itulah gambaran singkatnya.
Mati untuk sesama, bertobat untuk sesama hilang ditelan dan dibawa polusi udara kota. Mati karena hedonisme, mati karena kegelapan alam pikiran, mati karena persekongkolan, mati karena degradasi moral, itulah kisah generasi milenial.
Dan Satu hal yang ada tunggu mati raga karena ajal, bukan mati dalam hal rela untuk berkorban. Sengsara untuk soliditas.
Kematian Yesus yang dikisahkan dalam Jum'at Agung harus kita lakukan sesuai dengan kontek masa sekarang.
Mati untuk masa sekarang yaitu rela berkorban untuk sesama, menjauhkan diri dari kejanggalan duniawi dan mendekatkan diri pada Allah sebagai empunya kuasa.
Tetapi sesungguhnya hal itu tidak terjadi untuk sekarang. Masih banyak yang rela merenggut nyawa sesama untuk menyelamatkan pribadi. Lebih banyak yang mementingkan golongan daripada kepentingan kolektif.
Substansinya, generasi milenial banyak yang mati pada usia belia. Raga nya masih utuh dan hidup tetapi alam pikiran sudah mati, nurani sudah mati, moral sudah mati,nalar sehat sudah mati.
Matilah sebelum Jumat Agung; Bertobat dan pasrahkan semua beban kepada Tuhan, mengasihi tanpa pamrih untuk Tuhan dan Sesama.
Laporan : Bung Gie