Sumenep- lidinews.com ,Kalau masyarat sudah berbondong bondong pergi kepasar, rumah warga mulai pada di cat, iklan sirup sudah tayang di tv, aneka kue dan aneka makanan sudah berjajar di pusat perbelanjaan , itu berarti bulan suci ramadhan sudah dekat nih gays.
Nah, kalau kita datang ke Desa Aeng Panas, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Madura Jawa Timur, kita sudah akan menjumpai pohon siwalan yang berjajar di setiap prigi persawahan.
Banyak di antara masyarakat mengambil ompai/ompos (daun siwalan yang masih muda) untuk di buat ketupat menjemput kedatangan bulan suci ramadhan.
Begitu istimewanya bulan ramadhan sampai-sampai disambut dengan berbagai cara. Di madura sendiri ada tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang disebut "Aberebba".
Aberebba ini biasa dilakukan di perkampungan di malam pertama Saur puasa pertama.
Seperti yang terjadi di pemukiman warga, di Dusun Cecce' Desa Aeng Panas, masyarakat terlihat sedang membuat ketupat di rumah masing-masing.
Aberebba atau Megengan dalam bahasa jawa sendiri sebetulnya bukan merupakan tradisi asli islam, hal tersebut melainkan akulturasi budaya, yakni penggabungan budaya islam dan budaya asli jawa yang dilakukan oleh para wali ketika menyebarkan agama islam, khususnya Jawa. Ini dilakukan supaya agama islam dapat diterima oleh masyarakat setempat.
Ada yang menarik dari Aberebba. Di beberapa desa yang masih kental dengan tersebut, megengan masih diperingati dengan membuat ketupat dan juga kue apem.
Ketupat atau kupat diambil dari bahasa jawa, lepat, yang artinya salah, sedang kue apem berasal dari bahasa arab, affan, yang berarti ampunan.
Jadi, menghantarkan ketupat dan juga kue apem kepada keluarga atau kiai bermakna bahwa kita mengakui kesalahan yang telah dilakukan dan kemudian meminta ampunan terhadap kesalahan yang telah lalu.(*)