5 tahun sekali pedagang kaki lima, pedagang pasar, nelayan, buruh, petani dan rakyat miskin kota-kota dan desa-desa selalu didatangi oleh tim sukses, relawan dan orang-orang partai untuk memilih calon yang mereka usung dalam pemilihan Anggota DPRD Kota, DPRD Kabupaten, DPRD Provinsi, DPR RI, Walikota, Bupati, Gubernur sampai Presiden.
Rakyat miskin pun menyumbangkan suaranya dengan harapan ada perubahan lebih baik untuk kehidupan setelah mendengarkan janji-janji manis visi misi yang disampaikan oleh mereka yang haus kekuasaan.
Setelah kekuasaan diperoleh oleh mereka-mereka, dan Uang Rakyat (APBN, APBD, Provinsi, Kota dan Kabupaten) dalam kendali mereka.
Program-program yang ada dan dibiayai oleh Uang Rakyat justru bukan untuk digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Paling utama uang rakyat digunakan oleh mereka-mereka yang berkuasa adalah untuk proyek-proyek pembangunan dari pusat sampai kota dan Kabupaten yang menghabiskan ratusan riliunan di pusat, puluhan triliun di provinsi dan hampir 1 triliun di kota dan kabupaten.
Dan proyek-proyek bernilai puluhan miliar, miliaran sampai ratusan juta, itu pun hanya bisa dinikmati oleh orang-orang dekat mereka-mereka yang ada dalam kekuasaan, baik anak, istri, saudara, teman dekat, tim sukses dan relawan yang pernah membantu memenangkan kekuasaan lah yang dikondisikan untuk mendapatkan pekerjaan tersebut.
Sehingga mereka-mereka yang dekat dengan kekuasaan pun bisa memiliki penghasilan banyak setelah mendapatkan proyek-proyek yang ada kekuasaan.
Penghasilan dari mengerjakan proyek-proyek tersebut bisa untuk hidup berbulan-bulan bahkan bisa untuk setahun ketika keuntungan dari proyek itu bernilai dari puluhan juta, ratusan juta sampai miliaran.
Dan ketika Indonesia mengalami musim krisis ekonomi karena efek Corona yang membuat orang-orang takut keluar rumah, mereka-mereka orang-orang dekat kekuasaan yang telah mendapatkan untung banyak dari proyek-proyek di kekuasaan bisa bertahan hidup selama berbulan-bulan santai di rumah dengan segala kebutuhan rumah tangga yang sudah terpenuhi.
Berbeda dengan para petani, nelayan, buruh, pedagang kaki lima, dan pedagang pasar yang hanya dimanfaatkan suaranya ketika jelang pemilihan umum, untuk bertahan hidup, tak peduli corona, mereka harus tetap bekerja dan jualan demi bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Banyak banyak juga mereka-mereka rakyat miskin yang tak bisa bekerja atau berjualan karena sepinya perdagangan dan tutupnya kantor-kantor dan sekolah-sekolah.
Dan karena rasa kasihan kepada sesama rakyat miskin, rakyat miskin lainnya yang hidup agak mendingan bisa bertahan hidup beberapa minggu atau 1 bulan pun menginisiatif untuk saling membantu dengan menggalang dana sumbangan sana-sini untuk diberikan kepada mereka rakyat miskin yang kesusahan untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya.
Rakyat miskin yang bodoh APBN, APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota saling bahu membahu berusaha menolong sesama rakyat miskin, agar bisa bertahan hidup di tengah situasi krisis ekonomi karena virus Corona melanda negeri ini.
Orang-orang dekat kekuasaan ketika menyumbang sedikit uangnya untuk membantu kegiatan penggalangan dana sosial setelah untung banyak dari pekerjaan proyek-proyek dalam kekuasaan, pun dipuja-puja oleh mereka yang bergerak menggalang dana.
Padahal, yang membuat sengsara hidup rakyat miskin baik petani, pedagang, nelayan, buruh dan lainnya adalah mereka-mereka orang dekat kekuasaan lah, yang menikmati proyek-proyek di kekuasaan setelah memanfaat suara rakyat miskin untuk memilih calon-calon mereka untuk duduk dalam kekuasaan saat jelang pemilihan umum.
Kini setelah Indonesia dilanda virus Corona, dan efeknya mampu mematikan perekonomian di tengah rakyat miskin, baru terlihat berapa kemiskinan dan kebodohan itu sangat luar biasa di negeri ini,
juga terlihat betapa bobroknya para penguasa dan orang-orang dekat kekuasaan tersebut.
#SEBATAS_TULISAN_ORANG_BODOH
Penulis: Ripen